Semester I-2021 PTBA Cetak Laba Bersih Rp1,8 T

Ardy | Kamis, 02 September 2021 - 12:01 WIB
Suryo menambahkan, untuk produksi batu bara selama semester I-2021 ini telah mencapai 13,3 juta ton dengan penjualan sebanyak 12,9 juta ton. Produksi ini naik 10,5 persen dibanding semester 1 tahun lalu sebanyak 12 juta ton.  

Semester I-2021 PTBA Cetak Laba Bersih Rp1,8 T
Foto Ist
-

Jakarta - PT Bukit Asam Tbk (PTBA) sukses mencatatkan kinerja positif untuk Semester 1 tahun 2021. Perseroan berhasil membukukan laba bersih sebanyak Rp 1,8 triliun. Artinya laba bersih itu naik 38 persen dibanding periode serupa di tahun lalu yang senilai Rp 1,3 triliun. 

Melonjaknya laba bersih Bukit Asam ini, tidak terlepas dari kenaikan pendapatan bersih PTBA sebesar Rp 10,3 triliun atau meningkat 14 persen dari capaian di periode serupa tahun lalu Rp 9 triliun.

Selain itu, jumlah total aset perusahaan pun menorehkan kenaikan 10 persen hanya dalam 3 bulan, dari Rp 24,5 triliun per 31 Maret 2021 menjadi Rp 27 triliun pada akhir semester I-2021.

“Kenaikan kinerja ini seiring dengan pemulihan ekonomi global maupun nasional yang mendorong naiknya permintaan atas batu bara,” kata Direktur Utama PTBA, Suryo Eko Hadianto dalam Press Conference Kinerja PT Bukit Asam Tbk, Rabu (1/9/2021).

Lanjut Suryo, pencapaian ini juga karena kenaikan harga batu bara yang signifikan hingga menyentuh level US$ 134,7 per ton pada 30 Juni 2021.

Melihat kenaikan tersebut, perseroan menargetkan kenaikan volume produksi batu bara dari 25 juta ton pada 2020 menjadi 30 juta ton pada 2021.

“Target ini merupakan hasil revisi RKAB 2021, yang kami yakini sampai akhir tahun produksi bisa mencapai 30 juta ton,”ujar Suryo. 

Dengan target produksi 30 juta ton, Suryo mengatakan akan menjaga terus performa positif ini demi tercapai produksi batubara hingga akhir tahun ini.

Suryo menambahkan, untuk produksi batu bara selama semester I-2021 ini telah mencapai 13,3 juta ton dengan penjualan sebanyak 12,9 juta ton. Produksi ini naik 10,5 persen dibanding semester 1 tahun lalu sebanyak 12 juta ton.  

Disisi lain, terkait dengan penjualan, Direktur Pengembangan Usaha PTBA, Fuad Iskandar Zulkarnain Fachroeddin mengatakan PTBA terus memacu penjualan. Bukan hanya domestik, Bukit Asam juga memacu penjualan ke pasar ekspor. 

Penjualan per Juni 2021, rasio antara penjualan domestik dengan ekspor sebesar 63% berbanding 37% dari total penjualan.

“Namun, ini bukan rencana sampai akhir tahun. Rasio penjualan direncanakan sebesar 53% untuk domestik dan 47% untuk penjualan ekspor, hampir berimbang,” terang Fuad.

Fuad melanjutkan, kenaikan porsi ekspor ini seiring dengan rencana produksi PTBA yang meningkat menjadi 30 juta ton. Adapun lima negara yang menjadi pasar terbesar Bukit Asam yakni China, Taiwan, Filipina, India, dan Vietnam.

Progres Proyek PTBA

Sementara itu, Suryo juga menjelaskan beberapa progres proyek PTBA yang saat ini sedang dikerjakan, antara lain Gasifikasi Batu Bara di Tanjung Enim dan Kawasan Industri Bukit Asam Coal Based Industrial Estate (BACBIE) di Tanjung Enim. 

Dua proyek ini telah ditetapkan menjadi proyek strategis nasional (PSN) melalui terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) No 109 Tahun 2020 yang ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo pada 17 November 2020.

"Proyek gasifikasi batu bara merupakan program pemrosesan batu bara menjadi dimethyl ether (DME) untuk digunakan sebagai alternatif pengganti LPG. Proyek ini dikembangkan dan dilaksanakan bersama antara PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Pertamina (Persero), dan Air Products and Chemicals Inc," ujarnya.

Diketahui, Proyek Strategis Nasional ini akan dilakukan di Tanjung Enim selama 20 tahun, dengan mendatangkan investasi asing dari APCI sebesar USD 2,1 miliar atau setara Rp 30 Triliun. 

Dengan utilisasi 6 juta ton batu bara per tahun, proyek ini dapat menghasilkan 1,4 juta DME per tahun untuk mengurangi impor LPG lebih dari 1 juta ton per tahun sehingga dapat memperbaiki neraca perdagangan

“Kerja sama ini menjadi portofolio baru bagi perusahaan yang tidak lagi sekadar menjual batu bara, tetapi juga mulai masuk ke produk-produk hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah,”jelas Suryo.

Proyek selanjutnya kata Suryo, PLTU Mulut Tambang Sumsel-8 berkapasitas 2x620 MW merupakan proyek strategis PTBA dengan nilai mencapai US$ 1,68 miliar. PLTU ini merupakan bagian dari proyek 35 ribu MW dan dibangun oleh PTBA melalui PT Huadian Bukit Asam Power (PT HBAP) sebagai Independent Power Producer (IPP).

PT HBAP merupakan konsorsium antara PTBA dengan China Huadian Hongkong Company Ltd. Progres pembangunan proyek PLTU yang nantinya membutuhkan 5,4 juta ton batu bara pertahun ini telah mencapai penyelesaian proyek sebesar 88,15% per Juli 2021. Pembangkit listrik ini diharapkan bisa beroperasi penuh secara komersial pada kuartal I- 2022.

Berikutnya proyek melalui pengembangan PLTS.  Ekspansi bisnis perusahaan ke sektor energi baru dan terbarukan juga mulai bergulir kata Suryo. Salah satu bukti yakni Commercial Operation Date (CoD) PLTS di Bandara Soekarno Hatta bekerjasama dengan PT Angkasa Pura II (Persero). PLTS beroperasi penuh pada 1 Oktober 2020.

Menurutnya, PTBA berencana menggarap proyek pengembangan PLTS di lahan paska tambang milik perusahaan yang berada di Ombilin-Sumatera Barat, Tanjung Enim-Sumatera Selatan, dan Bantuas-Kalimantan Timur. Masing-masing lahan paska tambang akan terpasang PLTS dengan kapasitas mencapai 200 MW.

Saat ini PLTS sedang dalam tahap pembahasan dengan PLN untuk bisa menjadi Independent Power Producer (IPP) dan ditargetkan masuk pada 2022.

Selain itu, tuturnya, proyek pengembangan Kapasitas Angkutan Batu Bara yang bekerjasama dengan Pelindo II. PTBA menandatangani Head of Agreement (HoA/Perjanjian Induk) dengan PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) untuk pengembangan kapasitas angkutan batu bara dan/atau komoditas lainnya melalui sungai dan pelabuhan di Sumatera Selatan.

Kerjasama pengembangan angkutan batu bara ini dilakukan untuk menyukseskan tujuan pembangunan koridor ekonomi Sumatera Selatan sebagai lumbung energi nasional.

Terakhir, proyek angkutan batu bara.  PTBA dalam proyek ini kata Suryo, bekerjasama dengan PT Kereta Api Indonesia (Persero) mengembangkan proyek angkutan batu bara jalur kereta api dengan kapasitas 72 juta ton pertahun pada tahun 2026,  termasuk jalur baru yang terdiri dari Tanjung Enim arah utara.

Jalur ini memiliki kapasitas angkut 20 juta ton pertahun, beserta fasilitas dermaga baru Kramasan yang dibangun oleh PT KAI dan direncanakan akan beroperasi pada tahun 2024; di samping itu kapasitas angkut 5 juta ton per tahun telah berhasil dioperasikan pada Dermaga Kertapati sejak Triwulan I-2020 dan akan ditingkatkan menjadi kapasitas 7 juta Ton pada Q4 tahun 2021.

Adapun  jalur Tanjung Enim arah selatan Tarahan-1, pengembangan kapasitas jalur eksisting menjadi 25 juta ton/tahun (COD Q2 tahun 2021). 

“Untuk mendukung kerja sama pasokan batu bara jangka panjang ke PT PLN (Persero), maka dilakukan pengembangan angkutan batu bara ke arah Perajen sebagai pengganti pengembangan angkutan batu bara ke Tarahan-2 dengan kapasitas angkut 20 juta ton pertahun dan direncanakan beroperasi pada Q3 tahun 2026,”tutupnya.