Cegah Terorisme KAI - BNPT Gelar Dialog Kebangsaan

Redaksi | Kamis, 09 Desember 2021 - 22:07 WIB
KAI

Cegah Terorisme KAI - BNPT Gelar Dialog Kebangsaan
Kepala BNPT Komjen Pol. Boy Rafli Amar
-

Jakarta - PT KAI Persero bekerja sama dengan BNPT melaksanakan dialog wawasan kebangsaan dan anti radikalisme. Kegiatan itu dilakukan sejak Rabu (8/12) hingga Jumat (10/12).

Total ada delapan stasiun menjadi lokasi kegiatan yakni Stasiun Gambir, Cirebon, Purwokerto, Yogyakarta, Madiun, Ketapang, Surabaya Gubeng dan Semarang Tawang.

Kepala BNPT Boy Rafli Amar hingga jajaran direksi KAI bersama tokoh lainnya memberikan edukasi kepada para pegawai KAI. Mereka mewanti-wanti jangan sampai ada pegawai terpapar paham intoleran, anti-pancasila dan anti-NKRI.

Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo mengapresiasi BNPT atas kerja sama kegiatan ini. Ia mengajak seluruh pegawai KAI menggunakan kesempatan ini untuk membangun pemahaman yang tepat agar selalu fokus bekerja sebagai bagian ibadah.

“Pandemi memberikan dampak yang sangat mendalam bagi KAI. Namun demikian, dalam situasi apa pun, semangat kebangsaan harus kita bangun dan anti radikalisme harus terus kita lakukan dalam setiap kondisi,” kata Didiek Hartantyo saat membuka acara di Stasiun Gambir.

Didiek menjelaskan, dialog wawasan kebangsaan dan anti radikalisme ini merupakan tindak lanjut perjanjian kerja sama KAI dan BNPT. Perjanjian itu sebelumnya ditandatangani di Stasiun Bandung pada 24 September 2021.

“Dengan diselenggarakannya kegiatan ini, para pegawai KAI diharapkan memiliki daya cegah dan daya tangkal agar dapat memproteksi diri serta lingkungan sekitar dari propaganda terorisme," ucap Didiek.

Sementara Kepala BNPT Komjen Boy Rafli Amar mengatakan, ideologi intoleransi, radikalisme dan terorisme harus diwaspadai karena dapat masuk ke siapa saja. Termasuk ke dalam institusi pemerintahan dan BUMN.

Oleh sebab itu, diperlukan kewaspadaan agar pemahaman radikal dan intoleran ini tidak menjadi pilihan masyarakat.

“Untuk menghadapi radikalisme, intoleran, dan terorisme, diperlukan ketangguhan dan keuletan mempertahankan jati diri bangsa Indonesia. Karena radikalisme ini sejatinya bukan dari jati diri bangsa Indonesia," kata Boy.

"Jati diri bangsa Indonesia adalah jati diri yang memiliki falsafah, ideologi pancasila,” tandasnya.


baca juga :