Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan

Kami Terbuka Terhadap Kritik

Yapto Prahasta Kesuma | Kamis, 02 Juni 2022 - 08:01 WIB
Kami Terbuka Terhadap Kritik
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.
-

Jakarta - Dilantik sebagai Gubernur DKI Jakarta lima tahun lalu, Anies Baswedan akan mengakhiri jabatannya lima bulan lagi. Banyak yang bertanya selama lima tahun ini, perubahan apa yang telah dilakukannya di Jakarta dan seperti apa perubahan tersebut. Anies menjelaskan, tidak semua capaian pekerjaan bisa dilihat dan di foto, namun bisa dirasakan.

“Saya ambil contoh ketentraman dan kerukunan antarwarga dan antarumat beragama itu tidak bisa di foto, stabilitas harga bahan pokok itu juga tidak bisa di foto. Jadi sebagian pekerjaan kita itu pekerjaan yang tidak terlihat, beda dengan misalnya membangun jembatan penyeberangan, itu bisa dilihat dan di foto,” kata Anies kepada FIVE.

Banyak hal yang disampaikan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini. Berikut petikan wawancaranya:

Masa jabatan Bapak sebagai Gubernur DKI Jakarta akan selesai pada Oktober 2022. Tidak akan ada Pilkada di tahun ini, termasuk untuk daerah DKI Jakarta. Bagaimana komentar Bapak ?

Kami taat aturan yang berlaku, karena tidak ada perpanjangan jabatan. Saya ini diberikan mandat oleh rakyat Jakarta selama lima tahun untuk memimpin kota ini dan itu yang sedang dikerjakan hingga nantinya tuntas. Sehingga bisa lapor pada umat, lapor pada masyarakat, amanah sudah dijalankan dengan baik. Dan Alhamdulillah, memasuki Oktober nanti ketenangan, keteduhan itu telah dibangun. Karena membangun persatuan itu penting, Jakarta ini simpulnya Indonesia, bila di Jakarta tenang dan teduh maka berbagai tempat di Indonesia juga tenang dan teduh, bila di Jakarta tegang, maka seluruh rakyat Indonesia bisa merasakannya.

Kenapa ?

Karena whatsapp grup-nya sama. Orang di Jakarta itu kalau ada apa-apa dia kirim ke kampung halamannya lewat whatsapp grup, masalah di Jakarta nular di daerah, lalu apa yang terjadi? Ikut panas di daerah. Itulah sebabnya menjaga ketenangan, menjaga kebersamaan itu penting sekali. Itu salah satu yang kita lakukan.

Apa yang akan menjadi prioritas Bapak di sisa periode ini ?

Penyelesaian 23 janji masih akan jalan terus dan Alhamdulillah hampir seluruhnya tertunaikan, jadi kami akan fokus menunaikan sisanya.

Selama memimpin Jakarta, tentu banyak hal yang telah Bapak lakukan dalam pembangunan. Bisa dijelaskan ?

Seharusnya pertanyaan ini diberikan kepada mereka yang merasakan perubahan Jakarta, tapi yang jelas perlu saya garis bawahi bahwa fokus kami tetap, yakni memajukan kotanya dan membahagiakan warganya.

Apa saja tantangan dalam pengembangan wilayah dan percepatan pembangunan infrastruktur di Jakarta ?

Perlu ditekankan, bahwa Infrastruktur yang kita bangun di Jakarta ini ada dua, yakni Infrastruktur keras dan lunak. Infrastruktur yang bisa di foto dan Infrastruktur yang tidak bisa di foto, namun manfaatnya dirasakan. Saya ambil contoh, ketentraman dan kerukunan antarwarga dan antarumat beragama itu tidak bisa di foto, stabilitas harga bahan pokok itu juga tidak bisa di foto, banyak dengan capaian lainnya. Jadi sebagian pekerjaan kita itu pekerjaan yang tidak terlihat, beda dengan misalnya membangun jembatan penyeberangan, itu bisa dilihat dan foto. Maka dari itu kami hadirkan bantuan operasional tempat ibadah (BOTI) untuk semua agama, lalu ada kerjasama pangan dengan berbagai daerah untuk memastikan kebutuhan pokok di kota ini selalu dapat memenuhi demand-nya.

Tantangan utamanya ?

Salah satu tantangan utama dalam pengembangan infrastruktur Jakarta adalah keterkaitannya dengan wilayah sekitar. Kita sadar bahwa upaya pengendalian banjir, peningkatan kualitas udara, perbaikan aksesibilitas dan mobilitas tentu tak bisa diselesaikan dengan batasan-batasan administratif sehingga diperlukan sinergi
kebijakan di kawasan aglomerasi Jabodetabekpunjur.

Masalah banjir masih menjadi sorotan di Jakarta. Bagaimana Bapak menyikapinya?

Untuk banjir kami tangani rutin dengan terus menjalankan program pencegahan dan menjalin komunikasi intensif dengan berbagai stakeholder termasuk Pemerintah Pusat. Insya Allah di tahun ini warga Jakarta akan merasakan perbaikan dalam penanganan banjir dengan adanya pembangunan waduk baru, sistem polder dan pompa baru serta massifnya sumur resapan di 25 ribu titik.

Bagaimana dengan polusi udara ?

Terkait polusi, Jakarta memiliki target menurunkan emisi karbon 30 persen di 2030 dan kini sudah 26 persen. Salah satunya dengan penetapan Zona Rendah Emisi / Low Emission Zone (LEZ). Wilayah Kota Tua dipilih sebagai percontohan LEZ di Jakarta mulai 8 Februari 2021. LEZ dilaksanakan dengan membuat rekayasa lalu lintas yang membatasi kendaraan bermotor yang melintas di kawasan tersebut dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas udara.

Berdasarkan hasil pemantauan kualitas udara di kawasan Kota Tua, telah terjadi peningkatan yang signifikan pada Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) sebelum LEZ diterapkan ISPU adalah 58 dan 53 (kategori Sedang), sedangkan setelah LEZ diterapkan nilai ISPU adalah 49 (kategori Baik).

Masalah kemacetan merupakan PR dari satu gubernur ke gubernur lainnya yang tak pernah selesai di Jakarta. Komentar Bapak ?

Jadi begini, saya mau sedikit menceritakan bahwa Jakarta ini adalah tempat berkumpulnya dari mana-mana dan pergerakan penduduknya luar biasa, baik dari Jakarta maupun luar Jakarta. Jakarta itu secara resmi penduduknya 11 juta jiwa dengan 16 juta unit kendaraan bermotor, roda dua nya ada 13 juta, roda empat nya tiga juta, dengan luas wilayah 600 km persegi, lalu apa yang terjadi? Kita bisa lihat sendiri.

Nah terkait transportasi, akar kemacetan ada pada kesalahan paradigma pembangunan yang tidak memasukkan kaki sebagai alat transportasi, sehingga pembangunan dikerjakan lebih banyak untuk kendaraan pribadi, sehingga kami mengubah prioritas pembangunan dengan menomorsatukan pejalan kaki, lalu transportasi nol emisi,
transportasi umum dan kendaraan pribadi.

Selain itu kami juga mentransformasikan dari car oriented ke transit oriented, hal ini tentu tentu memiliki konsekuensi, yakni kami di pemerintahan harus menyediakan fasilitas transportasi umum yang inklusif dan terintegrasi dan itu yang kami kerjakan dalam empat tahun ini.

Selain itu ?

Selain itu kami juga berhasil mengajak seluruh penyelenggara transportasi di Jakarta untuk berkolaborasi. Dengan konsep JakLingko, jasa transportasi dibeli pemerintah, supir mendapat gaji bulanan, koperasi mampu mengganti dan merawat kendaraan mereka. Sistem Jaklingko memiliki tiga pilar utama, yaitu manajemen terintegrasi, rute
terintegrasi, tiket terintegrasi. Tahun 2018, Jakarta memiliki 109 rute dengan 2.300 armada.

Setelah Jaklingko, tahun 2021 Jakarta punya 248 rute dengan 4.123 armada terintegrasi. Halte diperbaiki dan dilengkapi petunjuk transportasi. Semula jumlah penumpang transportasi umum 350 ribu per hari, kini 1 juta per hari dan harapan kita bisa terus meningkat.

Hasilnya bagaimana ?

Dengan adanya perubahan paradigma dan kebijakan transportasi terintegrasi terbukti mampu mengeluarkan Jakarta dari peringkat keempat sebagai kota termacet di dunia pada 2017, menjadi peringkat ke-46 pada tahun 2022 berdasarkan Tomtom Traffic Index.

Sejauh mana perhatian Pemprov DKI terhadap masalah pengentasan kemiskinan ?

Masalah Kemiskinan ini terus menjadi fokus kami dan kami memastikan bahwa masyarakat kelas menengah ke bawah mendapatkan rasa keadilan dan kesetaraan kesempatan. Salah satunya dengan program Jakpreneur yang hingga tahun ini sudah memiliki sebanyak 298.337 anggota aktif. Jakpreneur secara aktif mewadahi bisnis UMKM dalam hal kolaborasi, pelatihan, dan akses keuangan. Sehingga dapat memperbesar usaha-usaha kecil yang mendukung upaya pemulihan ekonomi pasca pandemi.

Selain itu juga ada berbagai upaya Bantuan Sosial melalui Bantuan Sosial Tunai (BST), subsidi pangan, dan bantuan pendidikan (KJP Plus untuk siswa SD sampai dengan SMA dan KJMU untuk mahasiswa pendidikan tinggi). Secara total, penerima jaring pengaman sosial sekitar 2,4 juta rumah tangga, dimana 1,1 juta diperoleh dari Dinas Sosial DKI Jakarta pada 2020 dan 1,3 juta dari Kemensos pada 2020.

Bagaimana dengan tingkat kesejahteraan warga Jakarta, termasuk pendidikan, pengangguran dan tempat tinggal yang layak ?

Kesejahteraan warga ukurannya dari mana dulu. Pendidikan, kami di Jakarta ingin pendidikan jadi eskalator sosial ekonomi. Maka dari itu kami membangun sistem seadil mungkin yang memberikan kesetaraan kesempatan bagi siapa saja yang ingin naik kelas melalui pendidikan. Untuk mengatasi pengangguran ada program Jakprenuer sedangkan tempat tinggal layak, rumah DP 0, program penataan kampung dan lain-lain adalah bagian dari program meningkatkan kesejahteraan warga Ibukota.

Dalam membangun Kota Jakarta, tentu tidak semua pihak bisa merasa puas. Disana-sini pasti ada yang tidak puas atau belum puas. Komentar Bapak ?

Kami di Pemerintahan terbuka terhadap kritik, maka dari itu kami juga bangun sistem lapor di JAKI (Aplikasi JAKI atau singkatan dari Jakarta Kini yang merupakan aplikasi terobosan Jakarta Smart City menang di IDC Awards dalam kategori The Best Future Innovation) agar masyarakat bisa menyampaikan keluhan ketidakpuasan yang nantinya akan segera ditindaklanjuti.

Tanggapan Bapak terkait pemindahan Ibukota ke Kalimantan Timur ?

Seperti yang pernah saya sampaikan, Jakarta ke depan akan menjadi kota yang berdaya saing global meskipun tidak lagi menjadi ibukota. Itu yang kini kita terus siapkan, agar kota ini dapat memfasilitasi seluruh warganya. Sebagai kota global, Jakarta perlu menjadi kota yang tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan.

Sebagaimana dua tahun ini kita mengalami tantangan akibat pandemi dan kuncinya adalah mitigasi atas bencana, sehingga kita bisa menjadi sebuah kota yang aman, nyaman, berkelanjutan, layak huni dan berketahanan.

Apakah Jakarta nantinya siap untuk menjadi kota di masa depan ?

Bicara masa depan bisa saya sampaikan bahwa masa depan dari peradaban umat manusia itu akan berada di perkotaan. Tahun 2027 nanti, pertama kalinya dalam sejarah umat manusia penduduk dunia yang tinggal di kota akan lebih banyak daripada yang tinggal di pedesaan. Di tahun 50 an hanya 30 persen penduduk dunia tinggal di perkotaan dan 70 persen di pedesaan. Tahun 2021 kemarin 57 persen penduduk dunia tinggal di perkotaan.

Bagaimana di Indonesia ?

Di Indonesia juga sama, tahun 2011 pertama kalinya Indonesia memiliki statistik lebih banyak warga tinggal di perkotaan daripada di pedesaan dan 10 tahun kemudian di 2021 sebanyak 57 persen penduduk Indonesia tinggal di perkotaan, pedesaan makin hari makin berkurang. Jadi kita harus siap.

Apa harapan Bapak terhadap Pemerintah Pusat dari transformasi Jakarta ?

Kami berharap dukungan dari pemerintah pusat khususnya terkait dengan penanganan kapasitas aliran sungai di berbagai kawasan sungai yang melewati lintas provinsi. Pembangunan dan peningkatan tanggul laut maupun bangunan pengaman pantai lainnya di kawasan pesisir utara.

Serta menuntaskan masterplan hulu-hilir supaya pengendalian air sungai berjalan efisien. Lalu penuntasan pembangunan SPAM 1 Jatiluhur dan juga Serpong-Karian lingkup Hilir DKI Jakarta, juga pembangunan Jakarta Sewerage System, di samping penuntasan pembangunan MRT dan juga penuntasan beberapa proyek pembangunan rumah susun sederhana yang perlu menjadi perhatian kita.

Diharapkan dukungan dari pemerintah pusat tersebut bisa menjadi stimulus untuk percepatan transformasi Jakarta dan juga penuntasan beberapa problem-problem yang sudah ada beberapa dekade, yang perlu kita tuntaskan solusinya.

Nama Bapak senantiasa dihubung-hubungkan dengan Pilpres 2024. Apakah Bapak akan mencalonkan diri ?

Saya akan tuntaskan Jakarta. Hari ini masih fokus Jakarta. Jadi teruskan dulu sampai Jakarta selesai, setelah selesai baru kita pikirkan berikutnya. Dan setelah selesai, saya jadi orang bebas, mungkin menikmati keliling ke mana-mana.