Jokowi Ungkap Biang Kerok Indonesia Sulit Stop Impor Beras

Agung Nugroho | Rabu, 03 Januari 2024 - 07:39 WIB
Jokowi Ungkap Biang Kerok Indonesia Sulit Stop Impor Beras
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam acara Pembinaan Petani Se-Provinsi Jawa Tengah, Banyumas, Selasa (2/1/2023). Dok: Setpres
-

Banyumas - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengungkap biang kerok Indonesia sulit menyetop impor beras. Penyebabnya antara lain jumlah produksi yang tak mencapai target hingga meningkatnya jumlah penduduk.

"Yang kita harapkan adalah kita ini ingin tidak impor beras lagi, tapi itu dalam praktiknya sangat sulit karena produksinya enggak mencapai," ucap Jokowi dalam acara Pembinaan Petani Se-Provinsi Jawa Tengah, Banyumas, Selasa (2/1/2023).

Jokowi menuturkan ada sekitar 4 juta-4,5 juta bayi yang lahir setiap tahun. Secara total, jumlah penduduk Indonesia kini hampir menyentuh 280 juta orang.

Meski begitu Jokowi bersyukur angka impor jagung Indonesia sudah berkurang, dari 3,8 juta ton di 2015 menjadi hanya 800 ribu saja per tahun ini. Ia berharap hal ini juga terjadi untuk komoditas padi.

"Artinya petani dalam berproduksi jagung sudah melompat, 3 jutanya nggak usah impor sudah ada produksi di dalam negeri yang dihasilkan oleh para petani. Ini saya harus saya menyampaikan acungan jempol kepada para petani yang menanam jagung. Sehingga yang padinya ini juga harus dikejar agar tidak impor," pinta Jokowi.

Jokowi juga bercerita banyak negara tidak mau mengekspor beras dan menggunakannya sebagai cadangan dalam negeri. Menurutnya ada 22 negara yang mengurangi ekspor beras.

"Karena sekarang yang namanya negara-negara yang memiliki beras itu dibeli ya pada nggak mau. 22 negara stop dan mengurangi ekspor beras. Nggak mau lagi dia ekspor beras. Dipakai untuk cadangan strategis rakyatnya sendiri," bebernya.

"Kita juga sama kita harus berproduksi, nanti kalau berlebih dipakai untuk cadangan strategis pemerintah. Kalau negara lain butuh ya nggak apa-apa tapi harganya mahal," tambahnya.

Di sisi lain Indonesia juga menghadapi tantangan mahalnya harga pupuk sebagai dampak dari perang Rusia-Ukraina. Menurutnya banyak negara saat ini betul-betul menghemat penggunaan pupuk.

"Betul-betul dihitung, pupuk itu harganya sekarang tidak murah. Kalau murah ngecer-ngecer bisa. Sekarang itu yang namanya pupuk itu mahal, harga di dunia itu mahal," tutup Jokowi