Dirut KAI Klaim Belum Ada Komunikasi Soal Kereta Cepat dari Brunei

Kiki Apriansyah | Rabu, 03 April 2024 - 18:12 WIB
Dirut KAI Klaim Belum Ada Komunikasi Soal Kereta Cepat dari Brunei
Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) Didiek Hartantyo merespon soal rencana pembangunan jaringan kereta cepat dari Brunei Darussalam yang terhubung ke Ibu Kota Nusantara atau IKN di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Dok: Kiki Apriansyah/FIVE
-

Jakarta - Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) Didiek Hartantyo mengklaim belum ada komunikasi soal rencana pembangunan kereta cepat yang menghubungkan Indonesia dan Malaysia oleh Perusahaan Brunei bernama Brunergy Utama.

Hal itu dikatakan Didiek merespon soal rencana pembangunan jaringan kereta cepat dari Brunei Darussalam yang terhubung ke Ibu Kota Nusantara atau IKN di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.

"Belum, belum ada komunikasi," kata Didiek saat ditemui di kompleks Dewan Perwakilan Rakyat pada Rabu, 3 April 2024.

Menurut dia, komunikasi tersebut bakal dibuka apabila rencana pembangunan kereta cepat Brunei ini memiliki dampak yang bagus buat Indonesia. Meski begitu, ia menilai masih terlalu dini untuk membicarakan peluang keuntungan rencana kerja sama ini.

"Kalau baik bagi Indonesia, ya kita buka. Tapi masih terlalu dini," ujarnya.

Sebelumnya, perusahaan infrastruktur asal Brunei, Brunergy Utama Sdn Bdh sebelumnya mengumumkan akan menggarap proyek jaringan kereta api berkecepatan tinggi pertama di Kalimantan. Jaringan kereta cepat ini akan menghubungkan Kalimantan di Indonesia, Sarawak, Sabah dan Brunei.

Brunergy Utama Sdn Bhd yang berbasis di Brunei, dalam situsnya mengumumkan bahwa proyek Kereta Api Trans Borneo akan dilaksanakan dalam dua tahap yang melibatkan rute sepanjang 1.620 kilometer. Jarak rata-rata antar stasiun masing-masing adalah 150 km dan kecepatan kereta antara 300 hingga 350 kilometer per jam dengan perkiraan waktu tempuh rata-rata antar stasiun hanya 30 menit.

Tahap pertama proyek akan menghubungkan kota-kota dari pesisir Barat hingga Pantai Timur, dimulai di Pontianak, Kalimantan Barat, dan berakhir di Kota Kinabalu, Sabah, yang merupakan kawasan fokus ekonomi.

Editor: Agung Nugroho