Jakarta - Di tengah persaingan global berbasis teknologi tinggi, Indonesia mulai bergerak cepat. Pemerintah kini memacu pengembangan dua pilar utama ekonomi masa depan semikonduktor dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), sebagai mesin baru pendorong pertumbuhan nasional menuju visi besar Indonesia Emas 2025.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan kedua sektor ini akan menjadi kunci dalam transformasi ekonomi nasional menuju era digital. Bahkan, pada 2045 mendatang, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) suatu negara dinilai akan bergantung pada industri digital dan AI.
“Indonesia saat ini menempati peringkat keempat sebagai negara dengan potensi pasar AI terbesar di Asia. Implementasi AI diperkirakan bisa menyumbang hingga USD366 miliar atau sekitar 12% dari PDB nasional pada tahun 2030. Ini peluang besar yang tidak boleh kita lewatkan,” ujar Menko Perekonomian Airlangga Hartarto saat memberikan keynote speech Focus Group Discussion (FGD) bertema "Membangun Kolaborasi dan Kerja Sama Pengembangan Semikonduktor dan Kecerdasan Artifisial (AI) di Indonesia" di Kantor Perekonemian, Jakarta, 30/04/2025.
Menurutnya, semikonduktor dan AI menjadi bagian penting dalam strategi transformasi digital nasional guna meningkatkan produktivitas dan daya saing. Teknologi ini berpotensi mendorong efisiensi di berbagai sektor, mulai dari otomotif, kesehatan, pendidikan, hingga pertanian dan perbankan.
Walau ekosistem semikonduktor Indonesia masih pada tahap awal, potensi pertumbuhannya sangat besar. Beberapa pelaku industri telah berkiprah di berbagai rantai pasok, mulai dari design house, pemrosesan wafer, perakitan dan pengujian, manufaktur PCB, hingga industri pengguna akhir. Pengembangan ekosistem ini didukung oleh riset, kolaborasi antarlembaga, hingga investasi.
Pemerintah pun serius menyiapkan infrastruktur dan kebijakan. Selain menawarkan insentif fiskal dan nonfiskal, pemerintah tengah menyusun Keputusan Menko Perekonomian tentang pembentukan Satuan Tugas Pengembangan Ekosistem Semikonduktor dan AI. Satgas ini akan bertugas menyusun jangka panjang dan merancang strategi kolaboratif lintas sektor.
“Kerja sama internasional akan difokuskan pada investasi dan perdagangan, serta pengembangan SDM melalui beasiswa bersama, pelatihan vokasi, hingga program doktoral. Kita juga mendorong riset bersama dan alih teknologi,” ujar Airlangga dalam sesi doorstop dengan media.
FGD ini juga menjadi panggung kolaborasi internasional. Hadir dalam acara tersebut Duta Besar RI untuk Singapura Suryo Pratomo, Deputi Kemenko Perekonomian Rudy Salahuddin dan Ali Murtopo Simbolon, serta tokoh penting seperti Francois Guibert (mantan Ketua SSIA Advisory Board), Ang Wee Seng (Executive Director SSIA), dan Andri Mahendra (Founder dan CEO NICSLAB).
Indonesia pun mulai merancang kawasan industri teknologi tinggi di sejumlah wilayah strategis seperti Batam, Riau, Bali, dan Singasari, yang diharapkan menjadi pusat inovasi dan daya tarik investasi global.
Langkah proaktif ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak sekadar ingin menjadi pasar, tapi juga pemain utama dalam ekosistem teknologi masa depan.