Jakarta - Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait atau Ara buka-bukaan dari Program 3 juta Rumah yang menjadi prioritas Presiden Prabowo Subianto.
Program ini adalah inisiatif Pemerintah untuk mengatasi backlog atau kekurangan rumah dan menyediakan hunian layak bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
Realisasi dari program ini, Ara mengakui belum ada investor asing yang berinvestasi meski sudah ada komunikasi dengan investor dari berbagai negara. Akan tetapi, komunikasi itu masih sebatas komitmen.
"Belum ada yang berhasil, konkret, belum. Kalau mau jujur, saya apa adanya. Kita berusaha, Pak, tapi maaf, mungkin belum sesuai," kata Ara dalam Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi V DPR di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (30/4).
Ara juga mengaku tidak pernah melakukan tawar-menawar bersama Prabowo terkait dengan target yang diberikan meskipun perekonomian sedang tidak baik-baik saja, baik secara nasional maupun global.
“Pak Presiden kenapa terlalu tinggi targetnya? Kenapa ini ada Donald Trump begini? Kenapa lagi ekonomi begini? Saya nggak Pak. Saya anak buah. Kalau saya tidak berhasil, ya risiko saya mungkin direshuffle. Saya harus siap. Tapi saya tidak mau direshuffle karena korupsi atau tidak bekerja keras. Kalau pada waktunya memang saya tidak berhasil, tenang saja, saya siap. Kami ngomong apa adanya. Ini adalah suatu hal yang apa adanya," ucap Ara.
Namun, Ara menegaskan tidak akan menyerah dan tetap optimis.
Ia juga bercerita bagaimana agar bisa menarik investasi asing untuk mendukung program perumahan dan membuat agenda sendiri ketika kunjungan ke Qatar di luar kegiatan kenegaraan bersama Presiden Prabowo Subianto.
Selama dua hingga tiga hari di Qatar, Ara bertemu dengan berbagai perusahaan internasional seperti Ooredoo dan Standard Chartered. Ia juga menghadiri pertemuan antara CEO perusahaan.
"Kita sudah tawarkan itu untuk dari Ooredoo, itu investor waktu saya mendampingi presiden di Qatar. Mungkin dalam waktu dua minggu ini, mungkin mereka akan datang ke sini untuk menindaklanjuti pertemuan," ujarnya.
Selain itu, dengan memanfaatkan networking-nya selama di swasta terdapat beberapa bantuan dari sejumlah konglomerat untuk program perumahan.
Para pengusaha membangun dan merenovasi rumah rakyat melalui dana tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), bukan investasi.
Beberapa perusahaan yang terlibat meliputi PT Harum Energy/PT Santan Batubara, Agung Sedayu Group, Adaro Group, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Barito Pasifik, dan Kamar Dagang dan Industri (Kadin).
“Tapi saya tidak bisa memastikan titik pembangunannya dimana, rata-rata mereka mau bangun di dekat tambang-tambang mereka atau kebun mereka. Jadi saya tidak terima uang, tidak terima barang, tidak terima tanah. Saya hanya mengawal, memberikan arahan, menjaga tata kelola dan menjaga kepercayaan,” tuturnya.
“Saya terima semua kritik, saran dan saya merasakan masukan-masukan yang bagus. Jadi kalau ada hal-hal yang memang kami masih banyak kekurangan, saya juga mohon maaf, karena ini semua masih berproses,” ujarnya.