Ketua BKSAP DPR RI: Dunia Baru Tak Bisa Dihadapi dengan Peta Lama

Kiki Apriyansyah | Kamis, 22 Mei 2025 - 17:33 WIB
Mardani menyebut dunia kini menghadapi era baru yang tidak lagi relevan jika dipetakan dengan pendekatan lama.

Ketua BKSAP DPR RI: Dunia Baru Tak Bisa Dihadapi dengan Peta Lama
Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) Mardani Ali Sera (kedua kiri), Akademisi Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Philips Jusario Vermonte (kedua kanan), Pangajar Hubungan Internasional Universitas Pertamina Ian Montratama (kiri), dan Jurnalis Friederich Batari (kanan), berbicara dalam dikusi dan peluncuran Buku "New World, New Perspective, New Approach" di Ruangan Command Centre, Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (22/5/2025).
-

Jakarta - Di tengah dinamika geopolitik global yang terus berubah, Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI, Mardani Ali Sera, menegaskan pentingnya pembaruan perspektif dalam diplomasi dan tata kelola pemerintahan. Pasalnya, dunia tengah memasuki fase baru yang tidak lagi dapat dipetakan dengan kerangka lama.

“Kita hidup dalam dunia baru. Dan seperti kata pepatah, kita tak bisa menemukan pulau baru dengan peta yang lama,” ujar Mardani saat menyampaikan sambutan pada acara peluncuran dan diskusi buku 
berjudul "New World, New Perspective, New Approach" yang diterbitkan BKSAP DPR  RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (22/5/2025).

Mardani menyinggung berbagai peristiwa global seperti kebijakan proteksionis Donald Trump, konflik bersenjata di Eropa Timur, serta krisis Timur Tengah pasca serangan 7 Oktober 2023. Menurutnya, rangkaian peristiwa itu menandai perubahan mendasar dalam arsitektur geopolitik dan ekonomi global.

"Termasuk, tantangan baru dari perkembangan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) dan mata uang kripto. Teknologi seperti crypto memang efisien, tapi sekaligus menjadi surga bagi transaksi ilegal lintas negara. Ini mengubah lanskap keamanan siber dan ekonomi global,” kata Mardani.

Dalam forum tersebut, ia menyampaikan bahwa Indonesia tengah bersiap untuk memperkuat keterlibatan di forum-forum parlemen internasional seperti AIPA (ASEAN Inter-Parliamentary Assembly) dan IPU (Inter-Parliamentary Union). Menurutnya, kolaborasi antarnegara melalui jalur diplomasi parlemen atau yang dikenal sebagai second-track diplomacy menjadi semakin penting di era multipolar saat ini.

Tak hanya dalam skala global, Mardani juga menekankan komitmen Indonesia terhadap tata kelola pemerintahan terbuka. Ia menyebut bahwa Indonesia, sebagai pendiri Open Government Partnership (OGP) sejak 2011, kini perlu memperkuat kembali implementasi keterbukaan informasi, termasuk di parlemen.

“Kalau kita ingin beresin negara, kita harus mulai dari parlemen. Dan itu artinya kita harus mendorong open parliament sebagai bagian dari reformasi kelembagaan,” tutur politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.

Di akhir pidatonya, Mardani menyampaikan bahwa peluncuran buku diplomasi parlemen bukan sekadar dokumentasi, melainkan ajakan terbuka untuk berkolaborasi. “Semua bisa mendengar, mengkritik, dan berkontribusi dalam kerja-kerja diplomasi BKSAP,” ucapnya.


baca juga :