Indonesia dan Uni Eropa Hampir Rampungkan IEU-CEPA, Siap Tandatangani Kesepakatan September 2025

Kiki Apriyansyah | Jumat, 13 Juni 2025 - 21:06 WIB
Perjanjian ini diproyeksikan membuka peluang besar bagi peningkatan ekspor, penguatan industri nasional, serta pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka menengah.

Indonesia dan Uni Eropa Hampir Rampungkan IEU-CEPA, Siap Tandatangani Kesepakatan September 2025
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dalam acara Diseminasi Perundingan IEU-CEPA di Kantor Kementerian Perekonomian, Jakarta, Jumat (13/6/2025).
-

Jakarta - Indonesia semakin dekat dengan kesepakatan dagang bersejarah bersama Uni Eropa melalui Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA). Perjanjian ini kini telah mencapai lebih dari 90% penyusunan dokumen, dan tinggal menyisakan beberapa isu teknis sebelum finalisasi penuh.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, yang memimpin delegasi Indonesia dalam pertemuan dengan Komisioner Perdagangan dan Keamanan Ekonomi Uni Eropa, Maroš Šefčovič, pada 6 Juni lalu di Brussels, menyampaikan bahwa proses IEU-CEPA sudah masuk tahap akhir.

“Perundingan sudah hampir rampung. Kami hanya menunggu momentum pengumuman bersama antara Presiden Prabowo dan Presiden Uni Eropa,” ujar Menko Airlangga dalam acara Diseminasi Perundingan IEU-CEPA di Kantor Kementerian Perekonomian, Jakarta, Jumat (13/6/2025).

Menurut rencana, dokumen nota kesepahaman IEU-CEPA akan ditandatangani saat kunjungan Komisioner Maros ke Indonesia pada September 2025, sebelum masuk ke proses ratifikasi di parlemen Uni Eropa dan Indonesia.

Hubungan ekonomi Indonesia-Uni Eropa terus menunjukkan kinerja positif. Pada 2024, nilai perdagangan kedua pihak mencapai USD30,1 miliar. Indonesia juga mencatat surplus perdagangan sebesar USD4,5 miliar, meningkat signifikan dari USD2,5 miliar pada tahun sebelumnya.

UE merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia dengan kontribusi sekitar 6,5% dari total ekspor nasional atau sekitar USD17,35 miliar. Komoditas utama yang diekspor mencakup kelapa sawit, bijih tembaga, produk oleokimia, alas kaki, hingga produk berbasis karet dan mesin.

Meski ekspor sempat menurun setelah puncaknya pada 2022 (USD21,53 miliar), angka tahun 2024 menunjukkan pemulihan.

Uni Eropa membuka peluang besar untuk ekspor produk unggulan Indonesia. Beberapa sektor yang disoroti antara lain energi terbarukan, kendaraan listrik, tekstil, alas kaki, kelapa sawit, dan perikanan khususnya produk ikan kaleng seperti tuna.

Menko Airlangga menyebut Indonesia mendorong agar Uni Eropa memberikan perlakuan preferensial seperti yang dinikmati mitra dagang lain. “Jika berhasil, tarif ekspor komoditas utama kita bisa turun dari 8–12% menjadi 0%,” ujarnya.

Untuk itu, ia menekankan pentingnya kesiapan industri nasional, penguatan ekosistem ekspor, dan harmonisasi kebijakan antar-sektor.

Studi dari CSIS dan Komisi Eropa memperkirakan implementasi IEU-CEPA akan mendorong pertumbuhan PDB Indonesia sebesar 0,19% dan meningkatkan pendapatan nasional hingga USD2,8 miliar. Bahkan, dalam tiga tahun ke depan, ekspor Indonesia ke UE diprediksi melonjak hingga 57,76%.

“Kalau ekspor kita naik 50%, kita bisa sejajar dengan performa Vietnam atau Malaysia tahun ini,” tambah Airlangga optimistis.

Perjanjian ini dinilai strategis karena hingga kini belum ada mekanisme perdagangan bebas antara Indonesia dan Uni Eropa. Pengalaman negara-negara Asia seperti Vietnam dan Singapura yang telah meneken FTA dengan UE menunjukkan peningkatan ekspor yang signifikan.


baca juga :