Ketua DPR: Jangan Biarkan Rakyat Menunggu, Indonesia Harus Hadir Nyata

Kiki Apriyansyah | Jumat, 15 Agustus 2025 - 12:43 WIB
Ketua DPR RI Puan Maharani menyerukan pentingnya kedaulatan rakyat, gotong royong, dan kehadiran nyata negara dalam kehidupan rakyat

Ketua DPR: Jangan Biarkan Rakyat Menunggu, Indonesia Harus Hadir Nyata
Ketua DPR RI Puan Maharani dok. takap layar Youtube TVparlemen
-

JAKARTA - Ketua DPR RI Puan Maharani menyampaikan pidato kenegaraan dalam Sidang Tahunan MPR, DPR, dan DPD RI yang digelar di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, pada Jumat (15/8/2025). 

Dalam pidatonya, Puan menekankan pentingnya kedaulatan rakyat, gotong royong, serta kehadiran negara yang nyata dalam menjawab kebutuhan masyarakat.

Pidato yang disampaikan menjelang peringatan 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia ini menggugah semangat kebangsaan. Puan membuka dengan refleksi sejarah perjuangan bangsa yang bersatu melalui semangat Pancasila dan kebersamaan.

“Kekuatan kita tidak lahir dari senjata atau kekayaan semata, melainkan dari kehendak rakyat untuk bersama-sama menjadi Indonesia,” tegas Puan.

Puan menegaskan bahwa demokrasi Indonesia bukan sekadar mekanisme politik, tetapi merupakan cerminan nilai-nilai Pancasila. Ia menyoroti peran strategis partai politik sebagai pilar demokrasi yang harus terus berbenah untuk melahirkan pemimpin yang berpihak kepada rakyat.

Ia juga mengingatkan pentingnya memperbaiki sistem pemilu agar demokrasi tidak hanya jadi ajang perebutan kekuasaan, tetapi menjadi sarana menyuarakan harapan rakyat secara setara.

“Demokrasi kita: bukan hanya tentang ‘saya’, melainkan tentang ‘kita’,” ujar Puan.

Menyoroti perkembangan zaman, Puan menyampaikan bahwa aspirasi rakyat kini hadir dalam berbagai bentuk kreatif melalui media social mulai dari sindiran hingga simbol-simbol budaya pop.

Ia menekankan agar kritik publik, meskipun keras, tidak menjadi alat untuk memecah belah, melainkan menjadi cahaya yang menerangi jalan kebijakan.

“Yang dituntut dari kita adalah kebijaksanaan untuk memahami bukan sekadar mendengar,” tambahnya.

Dalam pidatonya, Puan menyampaikan apresiasi terhadap respons cepat Presiden Prabowo Subianto dalam menangani isu-isu strategis, seperti pencabutan izin tambang di Geopark Raja Ampat dan penyelesaian sengketa batas wilayah di Aceh.

Namun, ia mengingatkan bahwa kecepatan dalam bertindak harus dibarengi dengan perencanaan yang matang agar menjadi bagian dari sistem yang berkelanjutan.

Puan menegaskan bahwa kekuasaan, baik eksekutif, legislatif, maupun yudikatif, harus dijalankan dengan etika dan tanggung jawab. Ia menolak kekuasaan yang menakuti rakyat dan menyerukan agar negara hadir dalam setiap aspek kehidupan rakyat.

“Jangan biarkan rakyat menunggu. Negara harus hadir secepat mungkin dalam menyelesaikan urusan rakyat,” tegas Puan dengan nada serius.

Ketua DPR juga mengangkat pentingnya keterlibatan perempuan dalam pembangunan. Ia menyebut bahwa keterwakilan perempuan di DPR RI periode 2024–2029 mencapai rekor tertinggi, yakni 21,9%, namun masih belum memenuhi target ideal 30%.

“Perempuan bukan hanya pelengkap, tetapi pilar pembangunan bangsa,” ungkapnya, sambil mengutip lirik lagu Imagine karya John Lennon sebagai simbol harapan kesetaraan.

Puan menggarisbawahi berbagai tantangan global dan domestik, termasuk praktik “serakahnomic” yang merusak tatanan bangsa. Ia menyerukan transformasi menyeluruh dalam bidang ekonomi, hukum, budaya, dan moral untuk menghadapi masa depan.

Mengakhiri pidatonya, Puan menyerukan kerja kolektif untuk meraih cita-cita Indonesia Emas 2045. Ia mengingatkan bahwa waktu 20 tahun bukanlah waktu yang panjang, dan seluruh elemen bangsa harus bekerja lebih cepat dan tepat.

“Hari itu bukanlah hari ini. Kita masih memiliki kesempatan untuk menciptakan masa depan Indonesia yang lebih baik,” tutup Puan dalam pidato yang penuh harapan dan optimisme.