Suyus Windayana Dorong Penilaian RTR Jadi Instrumen Strategis Tata Ruang

Redaksi | Senin, 01 September 2025 - 17:44 WIB
Kita harus melihat ruang bukan sekadar wadah ekonomi, tetapi sebagai ruang hidup yang diwariskan pada generasi mendatang. Penilaian inilah yang memastikan ruang digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat sekaligus keberlangsungan alam.

Suyus Windayana Dorong Penilaian RTR Jadi Instrumen Strategis Tata Ruang
Direktur Jenderal Tata Ruang, Suyus Windayana. Dok: Istimewa.
-

Jakarta - Di tengah derasnya arus pembangunan dan perubahan ruang yang kian sulit dikendalikan, sosok Suyus Windayana tampil menyuarakan pesan penting. Direktur Jenderal Tata Ruang itu hadir sebagai keynote speaker dalam PIJAR DIALOGUE 2025, Kamis (28/8/2025), membawa penekanan yang tegas: penilaian perwujudan RTR bukan sekadar laporan, melainkan panduan strategis bagi masa depan tata ruang Indonesia.

Di hadapan lebih dari seribu peserta, baik luring maupun daring, Suyus menekankan bahwa dokumen Rencana Tata Ruang (RTR) tidak boleh berhenti sebagai rencana di atas kertas.

“Tugas kita bukan hanya menyusun rencana tata ruang yang indah,” ucapnya, “tetapi memastikan rencana itu hidup, dijalankan konsisten di lapangan, dan menghadirkan manfaat nyata bagi masyarakat.”

Ia menyebut penilaian RTR sebagai instrumen pengendalian yang menentukan arah pembangunan. Dari penilaian, pemerintah dapat menakar kesesuaian antara rancangan dan kenyataan, menemukan titik lemah pemanfaatan ruang, sekaligus memberikan rekomendasi bagi kebijakan insentif maupun disinsentif.

Lebih jauh, Suyus mengingatkan bahwa penilaian adalah sarana menjaga keadilan dan keberlanjutan pembangunan.

“Kita harus melihat ruang bukan sekadar wadah ekonomi, tetapi sebagai ruang hidup yang diwariskan pada generasi mendatang. Penilaian inilah yang memastikan ruang digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat sekaligus keberlangsungan alam,” tegasnya.

Suara Suyus menjadi poros dalam forum tersebut, meski hadir pula tokoh-tokoh lain. Jonahar, Dirjen Pengendalian dan Penertiban Tanah dan Ruang, membuka acara dengan menyoroti tantangan cepatnya perubahan lahan.

Reny Windyawati, Sekretaris Ditjen Tata Ruang, menambahkan bahwa hasil penilaian akan menjadi fondasi penting dalam peninjauan kembali RTR.

Namun, benang merah tetap kembali pada apa yang ditegaskan Suyus: penilaian adalah jalan agar tata ruang tidak sekadar direncanakan, melainkan diwujudkan secara nyata—tertib, berkelanjutan, dan berpihak pada kehidupan.

PIJAR DIALOGUE 2025 pun meninggalkan pesan yang jelas. Di balik data, aturan, dan diskusi panjang, ada tekad yang diusung Suyus Windayana: menjadikan tata ruang Indonesia lebih dari sekadar peta, tetapi sebagai nadi pembangunan yang membawa kesejahteraan bagi rakyat dan keberlangsungan bumi.