Hari Keenam, BNPB dan Tim Gabungan Intensifkan Evakuasi Korban Musala Al Khoziny

Redaksi | Sabtu, 04 Oktober 2025 - 21:31 WIB
BNPB bersama tim gabungan terus mengintensifkan operasi pencarian dan evakuasi korban ambruknya Musala Al Khoziny, Sidoarjo. Hingga hari keenam, Sabtu (4/10), tercatat 167 orang menjadi korban dengan 14 meninggal dunia dan 49 lainnya masih dalam pencarian.

Hari Keenam, BNPB dan Tim Gabungan Intensifkan Evakuasi Korban Musala Al Khoziny
Kepala BNPB, Letjen TNI Dr. Suharyanto. Dok: Istimewa.
-

Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama satgas gabungan masih melanjutkan operasi pencarian dan pertolongan (SAR) pasca-ambruknya Musala Al Khoziny, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Hingga Sabtu (4/10), atau memasuki hari keenam penanganan darurat, operasi difokuskan pada evakuasi jenazah, identifikasi korban, serta pendampingan keluarga.

Data terbaru per pukul 12.00 WIB mencatat 167 orang menjadi korban. Dari jumlah tersebut, 118 orang telah ditemukan, terdiri dari 104 selamat dan 14 meninggal dunia. Sebanyak 49 orang lainnya masih dalam pencarian. Dari korban selamat, satu orang sudah pulang tanpa perawatan, 11 masih menjalani perawatan, dan 92 orang telah pulang dari rumah sakit.

Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto menegaskan, pencarian korban dilakukan siang dan malam dengan dukungan lebih dari 400 personel gabungan. “Kita tidak pernah kekurangan personel. Mereka bekerja profesional dengan sistem tiga shift agar operasi berlangsung 24 jam penuh,” ujarnya.

Kendala dan Upaya Evakuasi

Tim SAR menghadapi tantangan berupa tumpukan beton tebal dari bangunan empat lantai yang runtuh. Untuk mempercepat akses, alat berat diturunkan dengan pengawasan ketat, disertai metode manual untuk memastikan keselamatan tim. Sejak Jumat malam hingga Sabtu pagi, sembilan jenazah berhasil dievakuasi dari reruntuhan.

Proses Identifikasi (DVI)

Setiap jenazah langsung dibawa ke posko DVI (Disaster Victim Identification) untuk memastikan identitas melalui metode forensik. Proses ini menjadi krusial karena banyak korban sulit dikenali. Kendala muncul karena mayoritas korban masih anak-anak dan remaja tanpa dokumen identitas resmi, sehingga identifikasi banyak mengandalkan data sekunder seperti ciri fisik, catatan pendidikan, hingga DNA keluarga.

“DVI memastikan identitas korban terverifikasi dengan benar, menjaga martabat korban, serta memberi kepastian bagi keluarga,” jelas Kepala BNPB.

Dukungan untuk Keluarga Korban

BNPB juga mendirikan posko terpadu untuk keluarga korban di RS Bhayangkara. Fasilitas berupa tenda khusus, tempat istirahat, layanan medis, konsumsi, hingga pendampingan psikososial disediakan. Konselor dari Polri, Dinas Sosial, dan relawan turut mendampingi keluarga agar tetap kuat menunggu proses evakuasi dan identifikasi.

Selain itu, logistik untuk korban dan petugas terus dipenuhi, mulai dari makanan siap saji, air bersih, hingga kebutuhan kesehatan. Relawan juga membantu dengan membuka dapur umum.

Apresiasi Kolaborasi

Suharyanto menyampaikan apresiasi kepada seluruh unsur yang terlibat dalam penanganan darurat ini. “Penanganan bukan hanya soal pencarian korban, tetapi juga memastikan keluarga mendapatkan hak dan pendampingan. Semua unsur bekerja bersama tanpa mengenal lelah,” tegasnya.