Firman Soebagyo: Empat Pilar MPR Adalah Fondasi Jati Diri Bangsa di Mata Dunia

Kiki Apriyansyah | Rabu, 15 Oktober 2025 - 15:41 WIB
Firman menekankan bahwa jati diri bangsa tidak akan bertahan hanya dengan pembangunan fisik atau capaian ekonomi, tetapi dengan memperkuat nilai dan identitas nasional yang hidup di tengah masyarakat dan dikenalkan ke dunia.

Firman Soebagyo: Empat Pilar MPR Adalah Fondasi Jati Diri Bangsa di Mata Dunia
Anggota Badan Pengkajian MPR RI dari Fraksi Partai Golkar Firman Soebagyo
-

JAKARTA - Di tengah arus deras globalisasi dan tantangan geopolitik yang semakin kompleks, Anggota Badan Pengkajian MPR RI dari Fraksi Partai Golkar, Firman Soebagyo, menegaskan bahwa jati diri bangsa Indonesia hanya dapat dipertahankan jika masyarakat dan pemimpinnya berpegang teguh pada empat pilar kebangsaan: Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

Pernyataan itu disampaikan Firman saat menjadi pembicara dalam Diskusi Konstitusi dan Demokrasi Indonesia bertema "Memperkuat Jati Diri Bangsa di Mata Dunia melalui Fungsi Kebangsaan MPR RI", yang digelar di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (15/10/2025).

Dalam paparannya, Firman memulai dengan menegaskan bahwa empat pilar MPR bukan sekadar jargon politik, melainkan landasan moral dan ideologis yang menjamin keutuhan bangsa Indonesia dalam dinamika global yang berubah cepat.

“Pancasila adalah dasar dan ideologi bangsa, UUD 1945 sebagai konstitusi negara, NKRI sebagai bentuk final negara, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai lambang persatuan dalam keberagaman. Inilah kekuatan jati diri Indonesia yang harus terus disosialisasikan, bahkan ke tingkat internasional,” ujar Firman.

Firman menyoroti pentingnya sosialisasi Empat Pilar tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga ke masyarakat internasional. Ia menyebut bahwa pemahaman yang benar terhadap pilar-pilar kebangsaan akan membawa empat manfaat besar di tingkat global:
Meningkatkan pemahaman dunia tentang nilai-nilai Indonesia, Membangun citra positif Indonesia sebagai bangsa majemuk yang kuat, Meningkatkan kepercayaan diplomatic, Meningkatkan pengaruh Indonesia melalui diplomasi nilai

Firman mencontohkan bagaimana keberagaman justru menjadi kekuatan, bukan sumber perpecahan. Ia menyinggung peristiwa aksi damai 212 sebagai salah satu contoh bagaimana masyarakat Indonesia bisa menyampaikan aspirasi dalam skala besar, tanpa kekerasan, dan tetap menjaga kebersihan dan ketertiban.

“Itu jadi perhatian internasional. Demonstrasi sebesar itu, tapi tidak ada gejolak. Ini bukti bahwa nilai-nilai kebangsaan kita masih kuat tertanam,” ujarnya.

Firman mendorong agar MPR RI tidak hanya menjadi lembaga dalam negeri, tetapi juga aktif memainkan peran diplomasi nilai, terutama dalam menyampaikan pesan-pesan kebangsaan Indonesia kepada dunia internasional.

Menurutnya, ada empat cara utama yang bisa dilakukan untuk mensosialisasikan Empat Pilar ke dunia internasional: 
-Melalui diplomasi publik: seperti kunjungan parlemen dan forum-forum global.
-Melalui kerjasama internasional: termasuk pertukaran budaya dan studi banding antarnegara.
-Melalui media massa dan digital: sebagai alat untuk mengangkat narasi positif tentang Indonesia.
-Melalui pendidikan dan pertukaran pelajar: agar generasi muda dunia mengenal nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.

Firman menekankan pentingnya peran pelajar dan tenaga kerja Indonesia di luar negeri sebagai duta kebangsaan. Ia menyayangkan bahwa masih banyak pelajar Indonesia yang justru kehilangan jati dirinya ketika belajar di luar negeri.

“Orang asing belajar gamelan, belajar bahasa Indonesia, tapi anak-anak muda kita malah sibuk karaoke dangdut di YouTube. Ini ironi yang harus kita ubah,” tegasnya.

Menurut Firman, dalam konteks global, wawasan kebangsaan memiliki urgensi yang tak terbantahkan: memperkuat identitas nasional, membangun hubungan internasional yang saling menghormati, meningkatkan kualitas SDM, dan menjadi landasan fungsional pembangunan nasional.

Ia menekankan bahwa bangsa Indonesia harus belajar dari negara-negara lain yang juga menjunjung tinggi keberagaman, seperti India, Kanada, dan Singapura.

“Tapi Pancasila punya keunikan tersendiri. Ia bukan sekadar ideologi, tapi jati diri bangsa yang lahir dari sejarah panjang peradaban Nusantara,” kata Firman.

Firman juga menyoroti pentingnya peran MPR dalam memperkuat kelembagaan dan pendidikan ideologi, termasuk kepada masyarakat sipil dan pekerja migran. Ia mengusulkan agar sebelum diberangkatkan ke luar negeri, para pekerja migran dibekali pemahaman kebangsaan dan wawasan empat pilar.

“Kita tidak ingin mereka pulang justru membawa budaya asing tanpa memahami siapa dirinya. Kita ingin mereka menjadi duta nilai-nilai Indonesia di luar negeri,” katanya.

Menutup paparannya, Firman menyatakan keyakinannya bahwa di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, Indonesia tengah memasuki era baru yang penuh kepercayaan diri di kancah global.

“Pancasila bukan hanya milik kita, tapi bisa menjadi inspirasi dunia. Jika kita konsisten menjadikannya pijakan, maka jati diri bangsa akan tetap berdiri tegak di tengah badai globalisasi,” pungkas Firman Soebagyo.


baca juga :