Airlangga: Hilirisasi Jadi Kunci Agar Sawit Jadi Kekuatan Nasional, Bukan Sekadar Komoditas Ekspor

Kiki Apriyansyah | Kamis, 13 November 2025 - 16:27 WIB
Menko Airlangga Hartarto menegaskan minyak sawit bukan sekadar komoditas andalan ekspor, melainkan fondasi bagi masa depan ekonomi hijau Indonesia. Melalui hilirisasi, pemerintah berupaya mengubah sawit menjadi sumber energi, inovasi, dan kekuatan nasional.

Airlangga: Hilirisasi Jadi Kunci Agar Sawit Jadi Kekuatan Nasional, Bukan Sekadar Komoditas Ekspor
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto saat memberikan sambutan secara virtual dalam The 21st Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2025 and 2026 Price Outlook yang mengangkat tema “Navigating Complexity, Driving Growth: Governance, Biofuel Policy, and Global Trade”, di Bali, Kamis (13/11/2025). 
-

BALI – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan bahwa minyak sawit masih menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia, namun perlu diarahkan menjadi sumber nilai tambah dan inovasi melalui hilirisasi.

Airlangga menyebut kontribusi sektor sawit tetap dominan dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional. Sepanjang Januari–September 2025, ekspor minyak sawit mencapai 28,66 juta ton, naik 11,26% dibanding periode yang sama tahun lalu, dan menyumbang surplus neraca perdagangan sebesar USD4,34 miliar.

“Minyak sawit akan terus memainkan peran kunci sebagai sumber pendapatan, energi, dan kekuatan nasional. Namun kita tidak boleh berhenti pada ekspor bahan mentah,” ujar Menko Airlangga saat memberikan sambutan secara virtual dalam The 21st Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2025 and 2026 Price Outlook yang mengangkat tema “Navigating Complexity, Driving Growth: Governance, Biofuel Policy, and Global Trade”, di Bali, Kamis (13/11/2025). 

“Melalui hilirisasi, kita ingin meningkatkan nilai tambah, menciptakan lapangan kerja, dan memperkuat industri domestik.”katanya.

Pemerintah saat ini fokus mengembangkan energi hijau berbasis sawit, termasuk program biodiesel B40 yang diklaim telah mengurangi impor bahan bakar fosil hingga 15,6 juta kiloliter serta menekan emisi gas rumah kaca sekitar 41,46 juta ton CO₂ pada 2024.

Tahap berikutnya, pemerintah menyiapkan produksi Bahan Bakar Penerbangan Berkelanjutan (Sustainable Aviation Fuel/SAF) berbasis sawit. Salah satu proyek yang tengah berjalan adalah kerja sama antara PT Pindad dan Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) dalam pengembangan fasilitas industri pertahanan berbasis bahan baku sawit lokal.

Untuk memastikan daya saing global, pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2025 yang memperkuat sistem sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO). Regulasi baru ini memastikan produk sawit Indonesia memenuhi standar keberlanjutan internasional.

“Kami sedang menyiapkan Sistem Informasi ISPO untuk menghubungkan data perkebunan, sertifikasi, dan perdagangan secara digital. Dengan sistem ini, pelacakan produk bisa dilakukan secara real-time dan transparan,” jelas Airlangga.

Menutup sambutannya, Airlangga mengapresiasi kerja keras seluruh pemangku kepentingan di sektor sawit dan berharap IPOC 2025 dapat menjadi ajang kolaborasi menuju industri sawit yang lebih berkelanjutan.

“Saya resmi membuka IPOC 2025. Semoga konferensi ini melahirkan kemitraan dan ide baru untuk masa depan sawit yang berdaya saing dan berkelanjutan,” pungkasnya.

Acara tahunan yang dihadiri ratusan pelaku industri sawit tersebut juga diikuti oleh sejumlah pejabat, di antaranya Menteri PPN/Bappenas Rachmat Pambudy, Wamenlu Arif Havas Oegroseno, Plt Dirjen Perkebunan Kementan Abdul Roni Angkat, Ketua GAPKI Eddy Martono, dan Ketua Panitia IPOC 2025 Mona Surya.


baca juga :