SINGAPURA - Pemerintah terus memperkuat kerja sama internasional untuk menghadapi dinamika ekonomi global. Singapura, yang selama lebih dari sepuluh tahun menjadi penyumbang Foreign Direct Investment (FDI) terbesar bagi Indonesia, kembali menjadi mitra strategis dalam pengembangan investasi nasional. Pada 2024, nilai FDI dari Singapura tercatat melampaui USD 20 miliar, sementara total perdagangan kedua negara mencapai USD 57,6 miliar.
Upaya penguatan ini kembali ditegaskan saat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menghadiri Joint-Investment Promotion Event: Investment Opportunities and Business Regulations in the Batam, Bintan, and Karimun (BBK) Free Trade Zone di Singapura, Selasa (18/11/2025). Pertemuan tersebut merupakan bagian dari agenda Working Group Batam, Bintan, dan Karimun (WG BBK).
Dalam sambutannya, Airlangga menyoroti perkembangan kerja sama bilateral melalui enam kelompok kerja ekonomi (6WG). Ia menyebut Pertemuan Tingkat Menteri ke-15 pada Juni 2025 yang ia pimpin bersama Wakil Perdana Menteri Singapura Gan Kim Yong sebagai salah satu tonggak penting.
“Kedua negara sepakat untuk terus memperkuat iklim usaha serta regulasi yang mendukung masuknya investasi berkualitas. Infrastruktur industri, ekonomi hijau, dan layanan kesehatan menjadi fokus pembahasan, termasuk pentingnya ketahanan rantai pasok,” ujar Airlangga.
WG BBK disebut menjadi elemen kunci dalam mendorong investasi di kawasan tersebut, baik melalui peningkatan konektivitas maupun daya saing ekonomi. Pada Juni 2025, Indonesia dan Singapura telah menyerahkan Joint Report to Leader yang menekankan sejumlah komitmen, mulai dari perbaikan iklim investasi, harmonisasi kebijakan, hingga akselerasi realisasi proyek strategis.
Pemerintah Indonesia juga telah menyiapkan kerangka regulasi baru seperti PP 28/2025 dan PP 25/2025 yang menyederhanakan proses perizinan berbasis risiko serta menghadirkan sistem Perjanjian Tingkat Layanan (SLA) untuk mempercepat prosedur. Sejumlah aturan lain seperti Perpres 1/2024 dan Perpres 21/2025 turut memperkuat landasan pengembangan kawasan BBK.
Kebijakan tersebut mulai menunjukkan dampak nyata. Realisasi investasi di BBK meningkat signifikan dari USD 1,74 miliar pada 2023 menjadi USD 3,26 miliar pada 2024. Sektor pariwisata juga mencatatkan pemulihan dengan kunjungan 1,67 juta wisatawan mancanegara ke Kepulauan Riau.
Kini, wilayah BBK menjadi tuan rumah bagi lima Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang menawarkan insentif fiskal dan nonfiskal, termasuk pembebasan bea masuk, keringanan pajak, proses perizinan yang lebih ringkas, serta layanan satu pintu. Kawasan ini diproyeksikan menjadi pusat pertumbuhan baru untuk sektor manufaktur, infrastruktur digital, energi terbarukan, hingga logistik.
“Kami mengundang lebih banyak perusahaan dari Singapura untuk menjajaki peluang investasi di BBK, mulai dari manufaktur hijau, ekonomi digital, layanan kesehatan, energi terbarukan, hingga logistik regional,” kata Airlangga.
Sejumlah pejabat turut memberikan pandangan mengenai prospek investasi Indonesia. Duta Besar RI untuk Singapura, Suryopratomo, menegaskan komitmen pemerintah dalam memberikan kepastian dan perlindungan bagi investor. Sementara itu, Chairman Singapore Economic Development Board, Png Cheong Boo, menilai Indonesia semakin strategis sebagai tujuan penanaman modal.
Gubernur Kepulauan Riau, Ansar Ahmad, juga memberikan dorongan langsung kepada para pelaku usaha untuk memanfaatkan peluang investasi di daerahnya yang terus berkembang.
Turut hadir dalam acara tersebut Sekretaris Kemenko Perekonomian Susiwijono Moegiarso, Juru Bicara Kemenko Perekonomian Haryo Limanseto, dan Sekretariat Jenderal Dewan Nasional KEK Rizal Edwin Manangsang.