Lestarikan Budaya Tubaba, Bupati Umar akan Gelar Seni Megalithic Millennium Art

majalahfive.com | Jumat, 17 Januari 2020 - 01:30 WIB
Kabupaten Tulang Bawang Barat (Tubaba), Lampung, akan menggelar acara bertajuk “Sharing Time: Megalithic Millennium Art” tanggal 22-26 Januari 2020. Acara ini akan digelar di beberapa venue yakni, Kota Budaya Ulluan Nughik; Sessat Agung; Las Sengok (Tiyuh Karta); dan Situs Patung Megouw Pak.

Lestarikan Budaya Tubaba, Bupati Umar akan Gelar Seni Megalithic Millennium Art
istimewa
-

Panaragan-Kabupaten Tulang Bawang Barat (Tubaba), Lampung, akan menggelar acara bertajuk “Sharing Time: Megalithic Millennium Art” tanggal 22-26 Januari 2020. Acara ini akan digelar di beberapa venue yakni, Kota Budaya Ulluan Nughik; Sessat Agung; Las Sengok (Tiyuh Karta); dan Situs Patung Megouw Pak.

Acara ini berisi beberapa sesi kegiatan, di antaranya sarasehan, workshop, dan pementasan seni.

Bupati Kabupaten Tulang Bawang Barat (Tubaba) Umar Ahmad yang memiliki visi menjadikan Tubaba sebagai satu wilayah yang memiliki atmosfer kebudayaan sekaligus wilayah yang memiliki wawasan ekologis.

Umar percaya bahwa melalui pendidikan kesenian dan lingkungan manusia bisa berubah menjadi lebih baik, menjadi lebih beradab. Dalam lima tahun terkahir anak-anak di Tubaba bisa berlatih kesenian seperti teater, sastra, seni rupa, musik, film, fotografi dan tari.

Rencananya acara ini akan dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nadiem Makarim. Pejabat lain yang akan hadir adalah Hilmar Farid (Dirjen Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia) sekaligus menjadi pembicara dalam sarasehan dengan tajuk “Membangun Manusia lewat jalan Kebudayaan”.

Selain itu, ada beberapa penyaji juga yang akan hadir yakni, Andy Burnham (arkeolog, pendiri dan editor web Megalithic Portal, Inggris); Alex Gebe (seniman, anggota Teater Kober, Lampung); Ari Rudenko (seniman lintas disiplin  dari Amerika Serikat); dan Anna Thu Schmidt (penari asal Jerman yang menyelesaikan studi masternya di Throndeim, Norwegia).

Selain itu, hadir juga Agus Sangishu (Rumah Tari Sangishu, Lampung); Bettina Mainz  (penari, guru dan terapis trauma berbasis di Berlin, Jerman) yang akan pentas kolaborasi bersama suaminya Rodolfo Mertig (fisikawan) dan putra mereka Sebastian Mainz-Mertig (usia 11 tahun); dan beberapa seniman dan budayawan nasional dan mancanegara lainnya.

Acara ini akan dimeriahkan oleh siswa-siswi Sekolah Seni Tubaba. Sebanyak 70 siswa akan membawakan Tari Nenemo; pementasan musik Q-Thik; dan Tari Sigeh Pengunten dan Seni Kulintang.

Acara seni dan budaya ini juga disertai penanaman bibit pohon bersama; pelepasan ikan; pelepasan kerbau (panitia masih mikir-mikir); dan peletakan batu di Las Sengok, sebuah wilayah yang kelak akan dikembangkan menjadi hutan lindung Q-Forest, terletak di Tiyuh Karta.

Ketua Panitia, Semi Ikra Anggara, bahwa acara ini digagas oleh Suprapto Suryodarmo (Alm) dan Umar Ahmad.

“Suprapto Suryodarmo adalah seniman yang dikenal luas melalui sebuah metode performance yang bernama “Joget Amerta”. Sebagai metode olah gerak, Joget Amerta menekankan pada pencarian ke dalam (inner), dari kedalaman diri lalu membangun kesadaran akan hubungan dengan lingkungan, manusia dan Tuhan,” ujar Semi.

Tema Sharing Time: Megalthic Millennium Art menunjukan pertemuan dua tradisi: Mbah Prapto yang selama puluhan tahun berlatih Joget Amerta di situs-situs Megaltik (selain candi), sebagai ruang sunyi yang mendekatkan diri dengan alam, Tuhan dan peradaban masa silam.

Sementara Millennium merujuk pada manusia dan situasi masa kini. Berkorelasi pula pada masifnya pendidikan kesenian dan lingkungan pada anak-anak di Tubaba, berkat wawasan sebab merekalah sesungguhnya pemilik Tubaba di masa depan.


baca juga :