Airlangga Hartarto Disebut di Pandora Papers, Golkar: Sumbernya Belum Jelas, Tidak Usah Berkembang Lagi

Yapto Prahasta Kesuma | Rabu, 06 Oktober 2021 - 11:58 WIB
“Ya kita akan mempelajari terus ya, karena itu sempat jadi rumor juga, enggak bagus buat kita. Sedang kita konsentrasi ke PON, (HUT) TNI, terus ada isu-isu seperti itu. Mudah-mudahan ada kejelasan ya,” ujar Lodewijk .

Airlangga Hartarto Disebut di Pandora Papers, Golkar: Sumbernya Belum Jelas, Tidak Usah Berkembang Lagi
Wakil Ketua DPR RI, Lodewijk F Paulus. (dok. Istimewa)
-

Jakarta - Nama Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto muncul dalam dokumen Pandora Papers dan menjadi pembicaraan di publik.

Sekjen Partai Golkar Lodewijk F. Paulus mengatakan sumber yang menyebutkan nama Airlangga Hartarto dalam Pandora Papers masih belum jelas.

“Ya kita akan mempelajari terus ya, karena itu sempat jadi rumor juga, enggak bagus buat kita. Sedang kita konsentrasi ke PON, (HUT) TNI, terus ada isu-isu seperti itu. Mudah-mudahan ada kejelasan ya,” ujar Lodewijk kepada wartawan, Rabu (6/10).

Wakil Ketua DPR RI ini menturkan bahwa sumber yang menyeret nama Airlangga ke dalam laporan Pandora Papers juga belum jelas. Sehingga dia lebih memilih berkonsetrasi dengan yang lain.

“Belum tahu, saya belum tahu. Tapi kita, kalau kita baca di media sosial katanya, sumbernya juga belum jelas. Tapi memang ada satu media cetak secara nasional sudah menyampaikan hal itu,” kata Lodewijk.

Adapun laporan Pandora Papers juga menyeret Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan. Perlu diketahui, Luhut adalah Ketua Dewan Penasihat Partai Golkar.

Ditanya soal Luhut, jawaban Lodewijk juga memilih untuk menunggu informasi lebih detail terkait sumber laporan.

"Ya kita tunggu saja deh, tidak usah berkembang lagi lah," imbuh dia.

Sebelumnya diberitakan, Airlangga Hartarto dan Luhut Binsar Pandjaitan disebut-sebut masuk dalam laporan Pandora Papers.

Pandora Papers merupakan laporan yang membocorkan sekitar 12 juta file berupa dokumen, foto, dan email yang mengungkap harta tersembunyi, penggelapan pajak, serta kasus pencucian uang yang melibatkan orang terkaya dan berkuasa di dunia.

Laporan tersebut adalah hasil temuan lebih dari 600 jurnalis yang berasal di 117 negara.