Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan melantik Mayor Inf (Purn) Dr. (Cand) Agus Harimurti Yudhoyono, sebagai Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN); menggantikan Marsekal TNI (Purn) Hadi Tjahjanto.
Koordinator Tim Media Demokrat Aditya Nugraha membenarkan kabar bahwa Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) akan dilantik sebagai Menteri ATR/Kepala BPN insha Allah pada hari Rabu (21/2/2024).
Agus kerap dipanggil AHY, adalah lulusan terbaik Akademi Militer 2000, juga lulusan Harvard University, Amerika Serikat. Ia adalah peraih penghargaan Bintang Adhi Makayasa dari Presiden Abdurrahman Wahid; yang ketika itu disematkan oleh Wakil Presiden Megawati Soekarno Putri.
"Sedangkan Hadi adalah lulusan Akademi Angkatan Udara 1986. Berbeda dengan Hadi yang mantan Kasau dan Panglima TNI, AHY mengakhiri karier militernya 20 tahun lebih awal di tahun 2016, pada jabatan Komandan Batalyon Infanteri Mekanis 203/Arya Kamuning," ujar Adit dalam keterangan siaran pers seperti dikutip di Jakarta, Selasa (20/2/2024).
Dia mengungkapkan saat itu, banyak yang menyayangkan keputusannya untuk pensiun dini dari militer, pada 16 tahun karier pengabdiannya. Tak sedikit lontaran bully dan ejekan dari para “buzzer”, yang mencoba melemahkan mental AHY.
Tapi AHY tak pernah putus asa. Never Give Up. Ia pernah bekata kepada para sahabatnya dari Lembah Tidar, yang ikut jejaknya banting setir ke dunia politik dan bisnis:
“Kita buktikan, keputusan kita ini tidak salah. Kita sudah memikirkannya jauh sejak di Lembah Tidar, di awal reformasi. Zaman sudah berubah, " ucap dia
Dia juga mengatakan zaman memang sudah berubah terjadi lompatan generasi dan sejarah. Sejak awal tahun 2000, ketika AHY lulus dari Lembah Tidar, hingga hari ini, lulusan Akademi Militer termuda yang masuk jajaran kabinet sebagai Menteri adalah lulusan tahun 1974, yakni Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu dan Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto, Menteri Pertahanan.
Selama kurang lebih 26 tahun pasca reformasi, belum ada lagi lulusan Akademi Militer dibawah angkatan 1974, yang masuk kabinet pemerintahan pada posisi Menteri.
Kini, dengan masuknya AHY pada posisi Menteri, ia telah melompat 26 tahun, melampaui para seniornya dari Lembah Tidar. Jika ia terus berkarier di militer, mungkin pangkatnya sekarang Kolonel. Belum ada satu pun dari angkatannya, yang telah meraih pangkat bintang satu. Padahal, sesuai dengan strata-nya, jabatan Menteri bahkan lebih senior dibandingkan posisi bintang empat dalam karier militer.
Bahkan, dikalangan lulusan SMA Taruna Nusantara, AHY, lulusan terbaik TN angkatan V, sekaligus peraih medali Garuda Trisakti Tarunatama Emas ini, adalah orang pertama yang berhasil meraih posisi Menteri.
Tentu lompatan ini tidak jatuh dari langit. Selain atas kerja kerasnya, dan dukungan dari keluarga, banyak mitra dan sahabat serta partainya, lompatan ini dimungkinkan oleh karena tiga hal.
Pertama, faktor Ketua Majelis Tertinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). memberi ruang bagi terwujudnya regenerasi kepemimpinan di Partai Demokrat.
Di organisasi inilah AHY tumbuh dan berkembang, memimpin Partai Demokrat menjadi salah satu motor dan mesin politik paling solid dan militan, untuk memenangkan pasangan Prabowo Gibran satu putaran.
Pak SBY adalah mentor bagi anak-anak muda yang sedang melakukan akselarasi untuk berkecimpung dalam dunia politik.
Kedua, faktor Pak Prabowo. yang pertama-tama meminta kepada Presiden Joko Widodo, agar anak muda bernama AHY diberi penugasan untuk bergabung dalam kabinet.
Pak Prabowo yakin, dengan kemampuan kepemimpinan lapangan AHY, kerja kabinet akan lebih solid. Pak Prabowo juga sejak di militer dulu hingga sekarang, memberi ruang luas bagi anak-anak muda berkreasi dan berkembang.
Ketiga, faktor Pak Jokowi. sejak periode pertama, selalu senang dengan anak-anak muda. Presiden ikut memberi bukan hanya ruang, tetapi juga panggung agar anak-anak muda bisa menyongsong tantangan global yang tidak ringan.
Menteri di usia 30-an dan Staf Khusus Presiden Milenial hanya contoh kecil. Sebenarnya, sejak 2019, Pak Jokowi sudah mengajak AHY untuk bergabung, tetapi dinamika politik yang terjadi saat itu tidak memungkinkan terjadi. Takdir pula lah yang membuat Pak Jokowi kali ini berhasil memberikan kesempatan itu kepada AHY.
"Lompatan ini juga tidak mudah. Karena lompatan ini mengandung risiko dan tanggung jawab yang besar. Tapi AHY sudah menerima konsekuensi itu semua. Ia siap menyongsong tantangan baru, di medan tugas yang baru," pungkas dia.