Jakarta - Keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menetapkan tarif impor membuat sebagian kalangan pekerja dan buruh industri Tanah Air was-was.
Meskipun kini Trump memutuskan menunda selama 90 hari ke berbagai mitra dagang, kecuali China. Penundaan itu diumumkan Rabu (9/4/2025) waktu setempat, sehari setelah tarif impor itu berlaku.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan dampak pertama yang akan dirasakan jika tarif ini diberlakukan adalah terganggunya rantai pasok global yang berkaitan dengan kesediaan bahan baku. Kemudian, volume ekspor produk manufaktur Indonesia juga bisa berkurang.
"Tentu yang pertama adalah terganggunya rantai pasok global terhadap kesediaan bahan baku. Kemudian yang kedua, penurunan daya saing dan volume ekspor Indonesia," katanya dalam Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR RI di Senayan, Jakarta, Selasa (29/4).
Dampak lainnya yaitu ancaman banjir impor dari negara-negara yang terkena tarif resiprokal dan pengurangan tenaga kerja hingga pergeseran pasar ekspor.
"Yang ketiga, ancaman banjir produk impor dari negara lain yang terdampak. Yang keempat, ancaman pengurangan tenaga kerja dan juga pergeseran pasar ekspor," jelasnya.
Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita bersama Pimpinan dan Anggota Komisi VII DPR RI.
Menteri Agus mengatakan, setiap pagi Pemerintah Indonesia harus mencermati perkembangan terbaru soal kebijakan tarif yang ditetapkan Amerika Serikat.
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah ada perubahan dalam kebijakan yang disampaikan Presiden AS Donald Trump pada 2 April 2025 yang lalu.
Sebab, adanya kebijakan tarif membuat kondisi ekonomi global menjadi tidak pasti.
"Kami harus selalu cermati. Setiap bangun pagi kami harus cermati apakah ada kebijakan baru yang muncul atau yang ditentukan oleh Trump dan ini yang menyebabkan uncertainty (ketidakpastian) sangat tinggi," ujarnya.
"Dan Pemerintah Indonesia harus selalu siap untuk bisa menyiapkan kebijakan-kebijakan terukur dan terarah dalam menghadapi uncertainty yang diakibatkan oleh kebijakan-kebijakan dari Pemerintah Trump," sambungnya.
Agus menjelaskan, total ekspor produk-produk manufaktur RI ke AS itu hanya 9,94 persen atau senilai 264 miliar dolar AS
Meski hanya 9,94 persen dari total keseluruhan ekspor Indonesia ke berbagai negara, jumlah tersebut mampu menyumbang surplus perdagangan besar.
Sehingga, Agus mengakui, posisi Amerika Serikat sangat penting untuk perdagangan Indonesia.
"Kami harus mengakui bahwa Amerika itu penting, karena kami selama ini mencatat surplus perdagangan (dengan) Amerika sekitar 14,34 persen, walaupun total ekspor produk-produk manufaktur ke Amerika hanya 9,94 persen," ucap dia.
"Tetapi kontribusi surplus ekspor manufaktur global yang berasal dari AS itu hampir setengahnya. Jadi, 46 persen surplus perdagangan kami itu berasal dari perdagangan dengan Amerika," paparnya.