Kontribusi KUMKM Pada PDB Diproyeksikan Menjadi 65 Persen Tahun 2024

Tim | Kamis, 18 Maret 2021 - 16:16 WIB
Kontribusi KUMKM Pada PDB Diproyeksikan Menjadi 65 Persen Tahun 2024
SeskemenkopUKM Arif Rahman Hakim pada Rapat Forum Koordinasi Perencanaan KUMKM 2021 se-Provinsi Jawa Barat di Bandung (Dok.KemenkopUKM)
-

BANDUNG - Sekretaris KemenkopUKM Arif Rahman Hakim mengajak stakeholders KUMKM khususnya di Jawa Barat untuk bersama-sama mencapai target yang telah direncanakan dalam RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) terkait pembangunan koperasi dan UMKM.

"Dinas Koperasi dan UKM menjadi salah satu ujung tombak dalam pencapaian target pembangunan koperasi dan UMKM, karena itu mari kita sama-sama bahu membahu mewujudkannya, dengan partisipasi aktif dari daerah saya optimis target target itu akan tercapai," kata SeskemenkopUKM Arif Rahman Hakim pada Rapat Forum Koordinasi Perencanaan KUMKM 2021 se-Provinsi Jawa Barat di Bandung, Kamis (18/3/2021)

Selain SeskemenkopUKM, acara yang diikuti KadiskopUKM se-Jabar  itu juga menampilkan narasumber Sekda Provinsi Jabar, Setiawan Wangsaatmaja, Sekdep Perkoperasian KemenkopUKM Devi Rimayanti, Asdep Pengembangan Kapasitas Usaha Mikro KemenkopUKM Hariyanto serta Kadiskop UKM Jabar  Kusmana Hartaji

Arif memaparkan, sejumlah target pembangunan koperasi dan UMKM itu antara lain  rasio kewirausahaan yang ditargetkan pada akhir  2024 sebesar  3,95 persen.  

"Kalau diterjemahkan dalam angka,  setiap tahun rata rata harus bisa kita wujudkan 500 ribu wirausaha baru.  Kalau ini ditanggung satu lembaga aja akan berat. Tapi kalau kita bagi bersama di seluruh Indonesia, dengan kerja keras saya optimis bisa terwujud," kata Arif.

Selanjutnya, kontribusi koperasi dan UMKM (KUMKM)  terhadap Produk Domestik Bruto ( PDB) yang diproyeksikan menjadi 65 persen pada akhir 2024 dibanding saat ini yang masih 61,07 atau ada kenaikan sekitar  4 persen. Terkait dengan pembiayaan kredit perbankan kepada UMKM ditargetkan menjadi 22 persen dari pencapaian saat ini yang masih 19 persen.

"Untuk transformasi usaha informal ke formal, kita ingin sebanyak-banyaknya karena dari  63,9 juta pelaku usaha mikro yang sudah memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB) baru  600 ribu UMKM.  Yang tidak memiliki legalitas hukum kita arahkan agar punya NIB dan sertifikasi sesuai bidang usaha misalnya sertifikasi halal atau PIRT," lanjut Arif.

Untuk diketahui, kriteria UMKM saat ini dari sebelumnya beromzet  Rp300 juta/tahun  diperbarui menjadi Rp2 miliar/tahun sehingga ada tambahan 500 ribu UMKM menjadi total 63,9 juta pelaku UMKM.

Dalam hal  transformasi digital, KUMKM  diarahkan masuk ke dalam rantai pasok sehingga bisa bersinergi dengan  BUMN maupun usaha besar melalui kemitraan. Maka itu koperasi juga diarahkan menjadi koperasi modern yang bisa memanfaatkan digital sebagai sarana bagai kemajuan koperasi dan anggota.

Arif menambahkan tahun ini juga menjadi impelementasi UU Cipta Kerja dan PP no 7 tahun 2021 yang membuat berbagai insentif dan kemudahan bagi perkembangan UMKM.

Ada 11 prioritas kegiatan sebagai perwujudan dari PP No.7 tahun 2021, diantaranya hal penanggungan biaya pendampingan usaha mikro dalam perijinan usaha, infrastruktur publik sebagai tempat pengembangan usaha dan promosi. Lalu kebijakan impelementasi alokasi 40 persen belanja pemerintah kepada UKM.

"Komitmen ini  diawasi oleh BPKP dan BPK dg belanja pemerintah yang mendekati  Rp400 triliun, saya optimis itu bisa meningkatkan kesejahteraan UMKM," jelas Arif.

Selanjutnya  program data basis tunggal 2022, dan sensus pelaku usaha mikro kecil. Penyediaan sistem informasi bagi UKM berorientasi ekspor, pengembangan wirausaha muda produktif.

Dalam hal kerjasama, dengan usaha besar, dilakukan melalui kemitraan strategis agar UMKM  bisa masuk dalam rantai pasok, termasuk didalamnya buat UKM di sektor manufaktur dan industri. Lalu optimalisasi PLUT (Pusat Layanan Usaha Terpadu) sebagai  pusat promosi dan inkubasi serta  penyediaan pusat kuliner di lima kawasan destinasi super prioritas  yang kalau di daerah bisa diimplementasikan di destinasi wisata lokal.

Digitalisasi UMKM

Sementara itu Sekda Provinsi Jabar  Setiawan Wangsaatmaja mengatakan,  Jawa Barat termasuk provinsi yang strategis karena kedekatannya dengan Jakarta,  dimana Jabar mampu memberikan kontribusi terhadap  PDB nasional  sebesar 13 persen, dimana sebagian juga merupakan kontribusi dari KUMKM. 

"Untuk Jawa Barat kontribusi  UMKM terhadap PDRB sebesar 58  persen," kata Setiawan. Setiawan mengatakan melalui berbagai tahapan sektor UMKM diharapkan  kearah yang lebih baik.

"Pada  2020 dan  2021 merupakan masa rescue atau pertolongan pada UMKM  dan kemudian pada  2021  juga menjadi masa recovery di berbagia sektor usaha, serta  penyerapan tenaga kerja.  Lalu pada semester  dua tahun 2022 kita masuki masa pemulihan," jelasnya. 

Setiawan mengatakan  perdagangan online atau e commerce  mampu tumbuh pesat  di tengah covid 19.  "Karena itu di sektor UMKM harus bisa didorong e commerce. Internet bahkan mampu  jadi penyelamat UMKM," kata Setiawan.

Selain menggalakkan program  digitalisasi UMKM, Pemprov Jabar juga memiliki program One Village One Product (OVOP) serta One Pesantren One Product).

"Potensinya sangat luar biasa beberapa pesantren malah sudah menjadi sentra produksi mulai dari pertanian, peternakan sampai perikanan" pungkasnya.