Menteri Purbaya : Masih Banyak PR yang Harus Kita Selesaikan

Yapto Eko Prahasta | Selasa, 09 September 2025 - 19:50 WIB
Target pertumbuhan ekonomi 8 persen mungkin dapat dicapai dalam waktu 2-3 tahun ke depan.

Menteri Purbaya : Masih Banyak PR yang Harus Kita Selesaikan
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa (kiri) menerima memori jabatan dari Menteri Keuangan Kabinet Merah Putih 2024-2025 Sri Mulyani dalam acara serah terima jabatan di Kementerian Ekonomi, Jakarta, Selasa (9/9/2025).
-

Jakarta - Presiden Prabowo Subianto resmi melakukan perombakan pada Kabinet Merah Putih, Senin (8/9/2025).

Salah satu yang terkena pergantian adalah Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati yang resmi digantikan oleh Purbaya Yudhi Sadewa.

Perhatian ini menjadi perhatian utama pelaku pasar, mengingat peranan penting Kementerian Keuangan dalam menjaga disiplin fiskal dan kredibilitas kebijakan ekonomi nasional.

Menteri sebelumnya yakni Sri Mulyani sudah dikenal luas bahkan di kancah global sebagai figur dengan reputasi sangat bagi dalam pengelolaan keuangan negara.

Sejumlah ekonom menilai, langkah-langkah awal Purbaya akan sangat menentukan apakah transisi ini dapat menjaga stabilitas fiskal, mengembalikan kepercayaan investor, sekaligus tantangan dan gejolak.

Pasar akan menilai bukan hanya isi kebijakan, tetapi juga kejelasan komunikasi serta konsistensi Pemerintah dalam menjalankan agenda konsolidasi fiskal, khususnya dalam konteks RAPBN 2026.

Purbaya sendiri menyadari, bahwa Indonesia sudah melewati banyak sekali tantangan dan gejolak. Indonesia terus berbenah agar mampu tumbuh menjadi negara maju ke depannya.

"Banyak mimpi yang sudah terwujud tapi masih banyak PR yang harus kita selesaikan," kata Purbaya saat Serah Terima Jabatan Menteri Keuangan di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (9/9/2025).

Purbaya mengenang saat Indonesia menghadapi pandemi covid-19. Pulih cukup cepat namun kemudian berlanjut diterpa efek perang Rusia dan Ukraina.

Sederet kebijakan dirilis untuk menjaga ekonomi tidak jatuh terlalu dalam dan mendorong agar bangkit. Peran Kementerian Keuangan, menurut Purbaya sangat strategis untuk memastikan semua program bisa berjalan.

Ekonomi Indonesia mampu tumbuh pada kisaran 5 persen dalam beberapa tahun terakhir selepas pandemi, lebih baik dari banyak negara yang hingga kini bahkan masih terjebak di jurang krisis.

Ke depan tantangan yang akan dihadapi juga tidak mudah. Purbaya butuh dukungan semua pihak agar bisa melewati hal tersebut demi mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera.

"Kita semua sadar ekonomi global saat ini sedang hadapi tantangan besar, perlambatan pertumbuhan ekonomi di berbagai negara, ketegangan geopolitik, perubahan iklim dan perkembangan teknologi cepat timbulkan risiko dan peluang," kata Purbaya.

Terkait target pertumbuhan ekonomi 8 persen, Purabaya menyampaikan bukanlah hal yang mudah, namun bukan berarti tidak bisa diwujudkan.

"Saya bilang (kepada Presiden) bertahap Pak, kita capai yang 8 persen itu. (Presiden) dia bilang jangan lama-lama, secepatnya! Ya kita cobalah," kata Purbaya.

Purbaya menilai target pertumbuhan ekonomi 8 persen mungkin dapat dicapai dalam waktu 2-3 tahun ke depan.

"Kalau sebagai ekonom ya, tahun ini 8 persen mungkin agak sulit. 2 tahun, 3 tahun ke depan ada peluangnya dicapai. Kita balikin arah ekonomi yang melambat menjadi lebih cepat dulu, let say ke arah 6 persen, 6 persen lebih dalam waktu tidak terlalu lama. Habis itu, kita bangun yang lain biar pertumbuhannya bisa lebih cepat lagi," jelasnya.

Bukan nama baru

Purbaya Yudhi Sadewa bukan nama baru dalam jajaran pengambil kebijakan ekonomi nasional.

Sebelum dilantik sebagai Menteri Keuangan, ia menjabat Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sejak September 2020.

Di lembaga tersebut, ia bertanggung jawab menjaga stabilitas sistem perbankan melalui penjaminan simpanan masyarakat dan resolusi bank.

Pria lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan Teknik Elektro ini melanjutkan pendidikannya hingga meraih gelar Master of Science (MSc) dan Doktor di bidang Ekonomi dari Purdue University, Amerika Serikat.

Jejak akademis ini mengokohkan reputasinya sebagai ekonom dengan basis analisis yang kuat .

Sebelum memimpin LPS, Purbaya dipercaya mengisi berbagai posisi strategis di pemerintahan.

Ia pernah menjadi Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi di Kemenko Marves (2018-2020), serta Staf Khusus Bidang Ekonomi di Kemenko Kemaritiman dan juga Kemenko Polhukam.

Pada 2015, ia sempat bergabung dengan Kantor Staf Presiden sebagai Deputi III Bidang Pengelolaan Isu Strategis.

Di luar pemerintahan, Purbaya memiliki rekam jejak panjang di sektor pasar modal.

Dia pernah menjabat sebagai Direktur Utama PT Danareksa Securities (2006-2008), Chief Economist Danareksa Research Institute (2005-2013), hingga anggota Dewan Direksi PT Danareksa (2013-2015).

Kariernya dimulai lebih awal sebagai field engineer di Schlumberger Overseas SA pada 1989 sebelum akhirnya menekuni dunia ekonomi.