Jakarta - Pemerintah di bawah komando Presiden Prabowo Subianto menegaskan komitmennya untuk menjaga keberlanjutan petani pangan dalam negeri, khususnya petani tebu. Melalui kebijakan Badan Pangan Nasional (NFA), pemerintah memastikan harga di tingkat petani tetap terjaga dengan meningkatkan penyerapan gula produksi dalam negeri dan mengendalikan impor gula rafinasi.
Kepala NFA, Arief Prasetyo Adi, menyampaikan bahwa realisasi penyerapan gula petani terus meningkat. Hal ini ditopang oleh langkah BUMN pangan, seperti ID FOOD dan PT Sinergi Gula Nusantara (SGN), serta dukungan swasta.
“Intinya kebijakan pemerintah itu mendukung para petani. Impor sebisa mungkin jangan. Pokoknya kita sama petani,” tegas Arief usai Rapat Koordinasi Terbatas di Kemenko Pangan, Kamis (11/9).
Sejalan dengan itu, pemerintah juga akan mengurangi impor gula rafinasi sekitar 200 ribu ton, lantaran produk tersebut seharusnya hanya digunakan untuk industri, bukan masuk ke pasar konsumsi. Arief menegaskan adanya temuan gula rafinasi di pasaran, termasuk di Serang, Banten, menjadi perhatian serius.“Penindakan hukumnya itu wilayahnya Satgas Pangan Polri,” jelasnya.
Per 10 September, NFA mencatat serapan gula petani telah mencapai 60,6 ribu ton, dengan rincian: ID FOOD Group 31,5 ribu ton, swasta 22,2 ribu ton, dan SGN 6,9 ribu ton. Sisa yang belum terserap tercatat 21,3 ribu ton, sementara terdapat pengajuan baru sekitar 30 ribu ton. Total target penyerapan ditetapkan sebesar 112 ribu ton.
Produksi gula kristal putih pada September 2025 diproyeksikan mencapai 777,6 ribu ton, yang merupakan puncak panen tahun ini. Sementara sepanjang tahun, produksi diperkirakan tembus 2,5 juta ton.
Jika ditambah stok awal dan impor raw sugar, total ketersediaan gula mencapai 4,1 juta ton, jauh di atas kebutuhan konsumsi nasional sebesar 2,8 juta ton. Dengan demikian, stok akhir 2025 diperkirakan surplus 1,3 juta ton.
“Kalau kelebihan 1,3 juta ton, seharusnya tidak perlu impor lagi,” kata Arief.
Selain gula, Arief juga menyinggung pentingnya pengaturan tetes tebu yang banyak digunakan untuk produksi etanol. Ia mengusulkan adanya pembatasan impor etanol agar produk samping pabrik gula tersebut tetap terserap. “Kalau etanol impor terus, tetes kita tidak laku, tangki penuh, dan pabrik bisa berhenti giling,” ungkapnya.
Dengan langkah strategis ini, pemerintah berharap ekosistem gula nasional semakin sehat, petani tebu terlindungi, dan ketergantungan terhadap impor dapat ditekan.