Hadapi Tantangan Global, Industri MICE Indonesia Fokus pada Kolaborasi dan Keberlanjutan

Rus | Kamis, 07 November 2024 - 16:56 WIB
Industri MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition) Indonesia tengah mempersiapkan langkah besar untuk memperkuat posisinya di pasar global.

Hadapi Tantangan Global, Industri MICE Indonesia Fokus pada Kolaborasi dan Keberlanjutan
Pembukaan pameran INDES dan IBEF
-

Jakarta - Dengan adanya pameran INDES dan IBEF (Indonesia Business Event Forum), dari tanggal 5-6 November 2024, di Jakarta Convention Center, asosiasi dan pemerintah Indonesia semakin yakin bahwa sektor MICE, khususnya industri pameran, memiliki potensi besar untuk mendongkrak ekonomi nasional. 

Penyelenggaraan event INDES yang memasuki tahun ke-4 dan IBEF ke-9 menjadi simbol pentingnya kolaborasi antara sektor bisnis dan pemerintah dalam mendukung pertumbuhan industry MICEE.

Hosea Andreas Runkat, Ketua Umum ASPERAPI (Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia), menegaskan bahwa pameran INDES dan IBEF bukan hanya sekadar ajang bisnis, tetapi juga merupakan perwujudan komitmen industri MICE untuk semakin dikenal di mata dunia. 

"Ini adalah show of force dari ASPERAPI untuk menunjukkan bahwa industri pameran Indonesia tidak bisa lagi dipandang sebelah mata. MICE memiliki potensi besar dan sangat berdampak pada perekonomian," ujar Andre sapaan akrab Ketum ASPERAPI.

Dalam kesempatan ini, ASPERAPI berharap pemerintah dapat lebih memahami sektor MICE, terutama untuk mendukung pengembangan industri ini dalam lima tahun ke depan. "Tantangan terbesar kami adalah bagaimana menjaga kolaborasi dan sinergi antara bisnis dan pemerintah. Jika kita bisa bersatu, industri ini akan tumbuh lebih pesat," tambahnya.

Mewakili unsur Pemerintah, Direktur Wisata Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran (MICE) Kemenparekraf, Firnandi Gufron, mengungkapkan bahwa pemerintah sangat mendukung sektor MICE karena kontribusinya yang signifikan terhadap pariwisata berkualitas. 

"Satu event MICE bisa mendatangkan hingga 2.000 peserta internasional, yang langsung berdampak pada sektor ekonomi seperti akomodasi, transportasi, dan restoran," jelas Firnandi.

Pemerintah juga tengah mempersiapkan langkah-langkah konkret untuk meningkatkan keberlanjutan sektor MICE. "Kami sedang memetakan venue-venue yang sudah memenuhi standar keberlanjutan dan akan mengupgrade yang belum sesuai dengan standar internasional," tambahnya.

Firnandi juga menjelaskan bahwa pemerintah tengah mempercepat pengembangan MICE yang berkelanjutan dengan target kesiapan pada 2030, meskipun roadmap sektor ini direncanakan hingga 2050. Hal ini sejalan dengan tren global yang mengarah pada keberlanjutan dalam setiap aspek industri.

Guna mendukung pengembangan sektor MICE, pemerintah melalui Kemenparekraf juga memperkenalkan platform MICE.id. Platform ini bertujuan untuk menjadi pusat informasi dan agregator yang menghubungkan seluruh pemangku kepentingan dalam industri MICE. 

"MICE.id menyediakan data terkini tentang venue, jumlah kamar hotel, serta fasilitas lainnya untuk memudahkan para pelaku industri mendapatkan informasi yang dibutuhkan," jelas Firnandi.

Melalui MICE.id, diharapkan seluruh sektor yang terlibat dapat mengakses informasi secara lebih efisien, sehingga mendukung keputusan bisnis yang lebih tepat dan mempercepat pengembangan sektor ini.

Dikesempatan yang sama, Mark Cochrane, Regional Director Asia/Pacific dari UFI (Global Association of the Exhibition Industry), memberikan pandangannya tentang perkembangan industri pameran di Indonesia. 

Menurut Mark, Indonesia merupakan salah satu pasar yang sangat menjanjikan di Asia, dengan pertumbuhan yang sangat pesat. "Investasi besar dalam infrastruktur, seperti venue baru dengan kapasitas hingga 60.000 m², akan menjadi faktor penting dalam mendukung perkembangan industri pameran di Indonesia," ujar Mark.

Namun, Mark juga menyoroti tantangan dari melambatnya ekonomi global, terutama di China, yang dapat berdampak pada banyak pameran internasional. Meski demikian, Indonesia masih menjadi pasar yang menarik bagi banyak pemain internasional yang ingin memperluas jangkauan di Asia Tenggara.

Sebagai bagian dari upaya global menuju keberlanjutan, UFI juga mengadopsi Net Zero Carbon Events, sebuah komitmen untuk mencapai netralitas karbon pada tahun 2050. "Kami mengajak semua anggota untuk berpartisipasi dalam upaya global ini," jelas Mark.

Dengan semakin banyaknya pemain internasional yang tertarik dengan pasar Indonesia, serta dorongan untuk menghadirkan acara yang lebih berkelanjutan, prospek industri pameran Indonesia semakin cerah. 

Semua pihak berharap bahwa kolaborasi antara sektor bisnis, pemerintah, dan organisasi internasional seperti UFI akan semakin memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat industri MICE di Asia.

Melihat ke depan, acara INDES dan IBEF di 2025 akan semakin besar dan lebih beragam, dengan partisipasi internasional yang lebih banyak. Rencananya, kedua acara ini juga akan digabungkan dengan Kongres Asian Federation of Exhibition and Convention Associations (AFECA) pada November 2025, yang diharapkan membawa dampak positif bagi industri MICE Indonesia.

Dengan berbagai inisiatif dan upaya yang sedang berjalan, sektor MICE Indonesia semakin siap untuk berkembang lebih pesat dan menjadi pemain kunci di pasar global. "Kami yakin bahwa acara ini akan semakin memperlihatkan bahwa Indonesia siap bersaing di level internasional," pungkas Andre.